Senin, 05 Desember 2011
Pembelajaran MIPA Berbasiskan Budaya
Rabu, 30 November 2011
Pembelajaran MIPA Berorientasi Pengembangan Soft Skills
Selasa, 07 Juli 2009
Penelitian Pendidikan
Arip Nurahman
Penelitian pendidikan pada umumnya mengandung dua ciri pokok, yaitu logika dan pengamatan empiris (Babbie, 1986:16). Metodologi dalam arti umum, adalah studi yang logis dan sistematis tentang prinsip-prinsip yang mengarahkan penelitian ilmiah. Dengan demikian, metodologi dimaksudkan sebagai prinsip-prinsip dasar dan bukan sebagai methods atau cara-cara untuk melakukan penelitian.
Tahapan-tahapan tertentu yang oleh Bailey disebut sebagai suatu siklus yang llazimnya diawali dengan:
1. pemilihan masalah dan pernyataan hipotesisnya (jika ada);
2. pembuatan desaian penelitian;
3. pengumpulan data;
4. pembuatan kode dan analisis data; dan diakhiri dengan intepretasi hasilnya.
Pelaksanaan penelitian bersifat dinamis: yaitu penelitian yang bersifat terbuka, dilakukan dengan berbagai pendekatan yang tidak kaku (rigit). Proses penelitian diketahuai adalah proses yang dinamis, artinya perkembangan suatu teori diawali dengan pemahaman terhadap teori itu sendiri, yang kemudian menghasilkan hipotesis, lalu dari hipotesis itu diperoleh cara untuk melakukan observasi, dan pada gilirannya observasi itu menghasilkan generalisasi. Atas dasar generalisasi inilah teori itu mungkin didukung atau ditolak.
Pemikiran Wallace dapat memuat daur pendekatan yang bersifat induktife dan pendekatan yang bersifat deduktife. Pendekatan induktif bermula dari keinginan peneliti untuk memberi makna kepada data hasil observasi dalam bentuk generalisasi empiris. Sedangkan, penelitian yang bersifat deduktif dibangun dari data-data kuantitatif-statistik yang berusaha mengadakan uji terhadap seperangkaian hipothesa yang menjadi asumsinya.
Prinsip-prinsip metode ilmiah adalah sebagian besar sama bagi setiap cabang ilmu pengetahuan. Sudah barang tentu perhatian pada segi penekanannya harus diberikan, tetapi hal ini tidak menyangkut prinsip-prinsip metode ilmiah (Vredenbregt, 1985: 59-60). Penelitian pendidikan sebenarnya suatu proses untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar konsep yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian. Hubungan antar konsep itu ditunjukkan dalam sebuah hubungan ........Setiap konsep yang kembangkan sebagai variabel penelitian harus dapat menunjukkan beberapa indikator empirik yang ada dilapangan.
Senin, 18 Mei 2009
Tahap Penelitian
Penelitian adalah sebuah aktivitas pendidikan yang menjadi kewajiban bagi setiap mahasiswa di Perguruan Tinggi. Penelitian merupakan syarat bagi mahasiswa di perguruan tinggi untuk dapat menyelesaikan studi. Berkembangnya model pembelajaran di beberapa perguruan tinggi yang juga mengikuti alur perubahan kurikulum, secara tidak langsung mempengaruhi model belajar mahasiswa.
Saat ini, mahasiswa sudah seharusnya memberikan waktu yang lebih banyak untuk memahami prosedur penelitian. Prosedur penelitian tidak hanya dimaksudkan agar penelitian berlangsung secara sistematis, tapi juga agar mahasiswa memahami persoalan dan permasalahan yang hendak di kaji dalam proses penelitian.
Persoalan mendasar yang dihadapi oleh sebagian mahasiswa adalah, tidak menguasai metode penelitian. Tidak jarang mahasiswa justru berkutat pada “ Apa judul penelitian saya nanti?” . Ini merupakan pertanyaan awal dari beberapa mahasiswa yang baru hendak memulai penelitian skripsi. Pertanyaan tersebut, dari sudut pandang apapun adalah pertanyaan yang keliru. Seharusnya mahasiswa tidak berkutat pada judul tapi lebih kepada “penggalian permasalahan”. Penelitian di lakukan atas dasar hendak memecahkan permasalahan, mencari solusi persoalan, menguji hypothesis dan merumuskan rekomendasi akademis. Beberapa hal yang sering keliru dilakukan mahasiswa paling umum adalah :
1. Orientasi penelitian pada judul, bukan pada permasalahan
2. Selalu mencoba menghindari perhitungan statis, alias lebih menyukai penelitian bersifat deskriptif, kualitatif dan social.
3. Point 2 diatas seringkali dianggap sebagai penelitian yang mudah, padahal dalam kenyataannya tidak ada penelitian yang sulit dan mudah, tergantung alat dan instrument serta metode penelitian yang digunakan.
4. Tidak menguasai metode penelitian, sehingga langkah langkah penelitian yang dilakukan tidak sistematis dan tidak terarah.
5. Sangat jarang menguji validitas dan reliabilitas instrument penelitian yang digunakan
6. Sangat jarang mengevaluasi hasil penelitian
7. Seringkali membuat kesimpulan yang tidak bersifat akademis, padahal penelitian yang dilakukan di Perguruan Tinggi oleh mahasiswa haruslah memberikan rekomendasi akademis, bukan rekomendasi di luar lingkungan akademis, kecuali, hasil penelitian tersebut di publikasikan dalam jurnal lepas.
Tujuh kekeliruan diatas adalah kekeliruan mendasar yang paling banyak ditemukan.
Sekedar membantu mahasiswa kehutanan universitas Muhammadiyah Palembang, maka tulisan ini dibuat. Selanjutnya prosedur penelitian dapat dibaca pada bagian Management Penelitian dalam weblog ini. Managemen Penelitian akan membahas mengenai : Pra- persiapan Penelitian, Persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengolahan Data dan penyusunan laporan akhir penelitian.
Di jurusan Kehutanan Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan memiliki tahapan penelitian sebagai berikut :
1. Tahap Penyusunan proposal penelitian, tahap ini adalah tahap dimana mahasiswa membuat outline penelitian, serta dibwah bimbingan pembimbing skripsi melakukan kajian awal terhadap persoalan yang akan di teliti. Pada tahap ini nantinya menghasilkan Proposal Penelitian yang terdiri dari BAB 1 ( latar belakang, tujuan, rumusan masalah, dan atau hipotesis) BAB II Tinjauan Pustaka ( berisikan landasan teori yang relevan dengan rumusan masalah) BAB III ( berisikan Metodologi Penelitian, Tempat, waktu, metode pengumpulan data, metode pengolahan data, analisis data) BAB IV Penutup. Proposal penelitian ini kemudian dipresentasikan kepada maahsiswa dan dosen dalam sebuah kegiatan yang disebut Seminar Pra Penelitian atau sering disebut Diskusi.
2. Tahap pelaksanaan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian dilakukan setelah melaksanakan Seminar Pra-Proposal atau diskusi, dan memperoleh persetujuan dari Dosen Pembimbing, Dosen penilai, dengan syarat telah memperbaiki proposal penelitian pasca seminar proposal atau diskusi. Dalam melaksanakan penelitian mahasiswa langsung melakukan survai, dan pengumpulan data primer. Pengumpulan data primer biasanya dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, sesuai dengan permsalahan yang diteliti. Setelah pengumpulan data dilakukan, mahasiswa berkonsultasi dengan pembimbing, fase pengolahan data juga dilakukan dalam proses bimbingan dengan dosen pembimbing skripsi. Setelah pengolahan data, interpretasi data, maka document ini siap untuk di seminarkan kembali.
3. Tahap Seminar Hasil Penelitian, dilakukan setelah data yang dikumpulkan diolah, dan di analisis. Hasil penelitian kemudian di presentasikan melalui sebuah seminar yang disebut dengan Seminar Hasil Penelitian. Dalam seminar ini, selain dosen penguji, juga dihadiri oleh dosen penilai dan mahasiswa. Inti dari seminar hasil penelitian adalah mahasiswa harus mampu mempertahankan hasil penelitian yang telah ia lakukan berdasarkan prosedur dan pengolahan data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Setelah seminar hasil dilaksanakan, kemudian mahasiswa diberikan waktu sekurangnya 14 hari untuk memperbaiki dan membenahi hasil penelitiannya dan selanjutnya skripsi akan diuji dalam kegiatan yang disebut ujian Komprehensif.
4. Ujian Komprehensif adalah tahap akhir yang harus ditempuh oleh mahasiswa. Sebagaimana halnya pada seminar hasil, maka dalam tahap ini mahasiswa harus mampu memberikan dasar kebenaran hasil penelitian yang dilakukan sesuai dengan fakta, teory dan kesesuaian ilmu. Dalam ujian ini, selain yang berkaitan dengan penelitiannya, mahasiswa juga diuji kadar pemahaman dan pengetahuannya yang meliputi semua unsur pengetahuan yang telah ia peroleh selama kuliah dan menimba ilmu di Jurusan Kehutanan Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan Universitas Muhammadiyah Palembang.
Setelah melewati tahap ujian Komprehensif tersebut, mahasiswa diberikan waktu 14 hari untuk memperbaiki Skripsinya. Dan setelah diperbaiki, baru di cetak sesuai standar Univ. Muhammadiyah Palembang. Tanda tangan pada halaman pengesahan haruslah tanda tangan ASLI atau BASAH bukan cetakan timbul/ fotokopi. Setelah ditanda tangani kemudian di bubuhi Stempel oleh staf administrasi Fakultas. Skripsi yang sudah sah di berikan kepada Perpustakaan Jurusan 1 exp, perpustakaan Fakultas 1 exp, Perpustakaan Universitas 1 exp, dan lebih baik jika di berikan juga pada perpustakaan Daerah Propinsi 1 exp. Tanda terima skripsi tersebut, kemudian dipergunakan untuk proses mengikuti yudisium dan wisuda.
(Kak Sylvie)
Sabtu, 18 April 2009
Pengukuran
Pengukuran
Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk mengukur sesuatu. Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau sesuatu yang lain (Anas Sudijono, 1996: 3) Jika kita mengukur suhu badan seseorang dengan termometer, atau mengukur jarak kota A dengan kota B, maka sesungguhnya yang sedang dilakukan adalah mengkuantifikasi keadaan seseorang atau tempat kedalam angka. Karenanya, dapat dipahami bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif.
Maksud dilaksanakan pengukuran sebagaimana dikemukakan Anas Sudijono (1996: 4) ada tiga macam yaitu :
(1) pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu seperti orang mengukur jarak dua buah kota,
(2) pengukuran untuk menguji sesuatu seperti menguji daya tahan lampu pijar serta
(3) pengukuran yang dilakukan untuk menilai. Pengukuran ini dilakukan dengan jalan menguji hal yang ingin dinilai seperti kemajuan belajar dan lain sebagainya.
Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini dapat dilakukan dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang telah dilakukan siswa.
Menurut Mardapi (2004: 14) pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis. Karakteristik yang terdapat dalam obyek yang diukur ditransfer menjadi bentuk angka sehingga lebih mudah untuk dinilai. aspek-aspek yang terdapat dalam diri manusia seperti kognitif, afektif dan psikomotor dirubah menjadi angka. Karenanya, kesalahan dalam mengangkakan aspek-aspek ini harus sekecil mungkin. Kesalahan yang mungkin muncul dalam melakukan pengukuran khususnya dibidang ilmu-ilmu sosial dapat berasal dari alat ukur, cara mengukur dan obyek yang diukur.
Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah dicapai siswa adalah dengan tes. Selain dengan tes, terkadang juga dipergunakan nontes. Jika tes dapat memberikan informasi tentang karakteristik kognitif dan psikomotor, maka nontes dapat memberikan informasi tentang karakteristik afektif obyek.
b. Penilaian
Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem pendidikan saat ini. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa. Tentu saja untuk itu diperlukan sistem penilaian yang baik dan tidak bias. Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya.
Dalam sistem evaluasi hasil belajar, penilaian merupakan langkah lanjutan setelah dilakukan pengukuran. informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya dideskripsikan dan ditafsirkan. Karenanya, menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai. Oleh karena itu, langkah selanjutnya setelah melaksanakan pengukuran adalah penilaian. Penilaian dilakukan setelah siswa menjawab soal-soal yang terdapat pada tes. Hasil jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai.
Menurut Djemari Mardapi (2004: 18) ada dua acuan yang dapat dipergunakan dalam melakukan penilaian yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Dalam melakukan penilaian dibidang pendidikan, kedua acuan ini dapat dipergunakan. Acuan norma berasumsi bahwa kemampuan seseorang berbeda serta dapat digambarkan menurut kurva distribusi normal. Sedangkan acuan kriteria berasumsi bahwa apapun bisa dipelajari semua orang namun waktunya bisa berbeda.
Penggunaan acuan norma dilakukan untuk menyeleksi dan mengetahui dimana posisi seseorang terhadap kelompoknya. Misalnya jika seseorang mengikuti tes tertentu, maka hasil tes akan memberikan gambaran dimana posisinya jika dibandingkan dengan orang lain yang mengikuti tes tersebut. Adapun acuan kriteria dipergunakan untuk menentukan kelulusan seseorang dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Acuan ini biasanya digunakan untuk menentukan kelulusan seseorang. Seseorang yang dikatakan telah lulus berarti bisa melakukan apa yang terdapat dalam kriteria yang telah ditetapkan dan sebaliknya. Acuan kriteria, ini biasanya dipergunakan untuk ujian-ujian praktek.
Dengan adanya acuan norma atau kriteria, hasil yang sama yang didapat dari pengukuran ataupun penilaian akan dapat diinterpretasikan berbeda sesuai dengan acuan yang digunakan. Misalnya, kecepatan kendaraan 40 km/jam akan memiliki interpretasi yang berbeda apabila kendaraan tersebut adalah sepeda dan mobil.
c. Evaluasi
Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.
Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Dalam bidang pendidikan, evaluasi sebagaimana dikatakan Gronlund (1990: 5) merupakan proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa. Menurut Djemari Mardapi (2004: 19) evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok.
Dari pendapat di atas, ada beberapa hal yang menjadi ciri khas dari evaluasi yaitu:
(1) sebagai kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan secara berkesinambungan. Sebuah program pembelajaran seharusnya dievaluasi disetiap akhir program tersebut,
(2) dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang akurat untuk menunjang keputusan yang akan diambil. Asumsi-asumsi ataupun prasangka. bukan merupakan landasan untuk mengambil keputusan dalam evaluasi, dan
(3) kegiatan evaluasi dalam pendidikan tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena itulah pendekatan goal oriented merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk evaluasi pembelajaran.