Selasa, 18 Agustus 2009

Membangun Lembah Silikon Cara India I

Membangun Lembah Silikon Cara India
            

http://indonesia.elga.net.id/bhtv/index.html



Pemerintah India mendorong habis-habisan industri teknologi informasinya. Jenius-jenius TI pun bermunculan. Ya, merekalah fajar baru bagi masa depan perekonomian negeri miskin itu. Politik boleh ricuh. Penguasa boleh gonta-ganti, dalam hitungan bulan. Namun, untuk urusan tekonologi informasi (TI), India tampaknya tak mau main-main.

Ada semacam kesepakatan tak tertulis antara partai yang berkuasa dan kelompok opisisi untuk senantiasa peduli terhadap perkembangan industri TI. Kini, Perdana Menteri Atal Bihari Vajpayee, yang memimpin pemerintahan koalisi multipartai (Bharatiya Janata Party), pun oke-oke saja dengan kebijakan pemerintah terdahulu yang mendorong sektor swasta agar menjadi pioner di industri TI. Keseriusan itu makin nyata ketika tahun lalu dibentuk departemen khusus yang mengurus soal itu:


Ministry of Information Technology.

Pesatnya perkembangan industri TI di India tak lepas dari kenyataan bahwa negeri itu merupakan pasar software terbesar di dunia. Selain itu, India juga eksportir barang yang sama ke Amerika Serikat, Eropa dan Asia. Tahun lalu, nilai ekspor software-nya mencapai US$ 2,6 miliar. Belum lagi, keuntungan yang dibukukan dari berbagai aplikasi TI seperti penanganan Y2K yang tahun lalu mencapai US$ 2 miliar. Presiden National Association of Software and Service, Dewang Mehta, memperkirakan perolehan tersebut akan terus melonjak, sehingga pada akhir 2003 nilai ekspornya akan mencapai US$ 12 miliar. Angka ini, menurut dia, bakal melampaui ekspor komoditas andalan India seperti tekstil, perhiasan dari emas serta kulit.

Sejak awal 1990-an, kota-kota besar di India terus berkembang menjadi tempat yang subur bagi berkembangnya industri TI. Dalam perkembangannya, ada dua negara bagian -- Bangalore dan Andhra Pradesh -- yang berkembang lebih cepat sehingga diarahkan menjadi kota-kota digital. Belakangan, dua negara bagian yang mencatat pertumbuhan ekonomi 25% per tahun ini sering dijuluki Lembah Silikon India (Silicon Valley of India).

Para penghuni Lembah Silikon tersebut umumnya para ahli komputer India yang pada 1980-an dan awal 1990-an hijrah ke AS. Ada yang memperdalam ilmu, ada pula yang bekerja di perusahaan TI terkemu- ka di AS. Belakangan, ketika mantan PM Narasima Rao menerapkan sistem ekonomi pasar bebas dan secara khusus mendukung perkembangan TI, para perantau itu pun mudik untuk menjajal kebolehan mereka di dalam negeri. Terlebih lagi, Rao juga membuka pintu lebar-lebar pintu bagi investasi asing.

Namun, tentangan birokrasi di tubuh pemerintahan Rao ternyata cukup sengit. Antara lain, ketentuan pajak/bea masuk mencapai 300%. Ini, misalnya, diakui pendiri Infosys, perusahan software di Bangalore. Para pendekar industri TI sering dianggap sebagai kaum "utopis" oleh politisi India waktu itu. Kelompok ini juga dinilai cenderung eksklusif atas informasi dari luar India. Namun, mereka umumnya tetap ngotot menggerakkan revolusi TI di India.

Politisi tampaknya salah hitung. Bombay Stock Exchange (BSE) menjadi saksi. Kapitalisasi saham sektor software hingga kini mencapai 15% dari total kapitalisasi pasar di BSE, dengan nilai kombinasi mencapai US$ 18,3 miliar.

Kalau masih kurang yakin, beranjangsanalah ke Andhra Prades dan Bangalore. Dua negara bagian yang dulu tak lebih dari kawasan tidur ini sekarang berlari cepat menjadi negara bagian termakmur. Di kedua negara bagi- an itu, kini terdapat masing-masing 200 produsen software besar. Total karyawan yang terserap di sana sekitar 700 ribu orang.

India memang lemah di bidang infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan dan pelabuhan udara maupun laut. Namun, jaringan listrik dan komunikasilah yang menjadi kunci penting mengapa industri TI bisa berdiri di lokasi mana saja di India. Enron, perusahaan listrik besar AS, telah membenamkan US$ 2 miliar pada 1994 untuk membangun pembangkit listrik di negara bagian Maharashtra.

Di seluruh India sekarang terdapat ribuan perusahaan software dengan berbagai skala. Produksinya telah menerobos pasar AS, Eropa dan tentu saja Asia. Dari 12 perusahaan software yang sering diamati para analis saham, 6 di antaranya perusahaan India, yakni Infosys Technologies, Satyam Computer, Tata Infitech, Aptech Software Solution, BFL Software dan National Institute of Information technology. Di luar nama-nama ini, masih banyak lagi perusahaan software yang belum go public seperti Wipro.

Bukan rahasia lagi, tutur Arindam Bhattacharya, kosultan A.T. Kearney India, tonggak awal Lembah Silikon di AS sebenarnya berkat kontribusi ekspat India yang bekerja di sana. Setiap tahun AS mengeluarkan 150 ribu visa, 40% di antaranya tujuan India yang didominasi ahli software. Menurut Arindam pula, India kini tengah mengalami perubahan nan radikal. "Barangkali sekarang adalah akhir dari dominasi aliran modal yang selama ini dianggap segalanya. Ini semua berkat perkembangan TI. Pengetahuan dan teknologi akan lebih menarik modal. Kita sedang menyaksikan paradig- ma baru pertumbuhan India," ungkapnya bersemangat kepada Newsweek.


- Albert Weldison -