Minggu, 18 September 2011

Membangun Lembah Silikon Cara India II



- Albert Weldison -

Infosys -- produsen software ternama, penyedia jasa layanan Internet serta jaringan interkoneksi dan solusi Y2K di Bangalore -- adalah contoh paradigma baru itu. Perusahaan yang didirikan N.R. Narayana Murthy bersama 18 rekannya itu bahkan kini menjadi Silicon Plateau India. Kalau dilihat dari pendapatannya, memang masih terbilang kecil dibanding perusahaan lain. Tahun lalu, Infosys membukukan pendapatan US$ 131 juta. Adapun labanya hingga Maret tahun ini mencapai US$ 31 juta, padahal sepanjang tahun lalu laba bersihnya hanya US$ 10 juta. Kehebatannya, Infosys memperkenalkan sistem kerja modern yang dilakukan perusahaan TI kelas dunia. Ia telah listing di Nasdaq Stock Exchange bersanding dengan saham Microsoft, Cisco, IBM dan raksasa TI lainnya. Sejak listing Maret 1999, kapitalisasi pasarnya mencapai US$ 6,7 miliar.

Klien Infosys memang bukan sembarangan. Nordstorm, riteler besar AS, menggunakan produknya untuk meramal peta permintaan dan rencana pembelian barang. Infosys juga berhasil mengatasi Y2K com-pliance untuk Northwester Mutual Insurance dan raksasa supermar-ket Inggris Sainsburry. Nortel, salah satu raksasa telekomunikasi AS, juga menjadi kliennya. Lainnya? Nestle, Reebok dan Apple hanyalah sebagian kecil dari 144 kliennya di seluruh dunia. Untuk memperkokoh positioning-nya, Infosys kini memiliki 8 pusat pengembangan TI di India dan 13 kantor pemasaran di AS, Kanada, Jepang, Inggris dan Jerman.

Sang bos, Murthy, sangat menekankan aspek SDM. Seorang insinyur dibayar US$ 400/bulan (atau US$ 4.800/tahun) -- jauh di atas rata-rata pendapatan rakyat India yang US$ 370/tahun. Kepada karyawan juga diperkenalkan opsi kepemilikan saham perusahaan.

Wipro adalah nama sukses lain dari Bangalore. Pendiri sekaligus CEO Wipro, Azim Hasham Premij, oleh media massa setempat dijuluki "Bill Gates dari India". Wipro adalah kelompok usaha yang antara lain memproduksi sabun dan minyak sayur dengan kapitalisasi pasar sebesar US$ 4,1 miliar. Diilhami pengusiran IBM dari India pada 1977, divisi informasi perusahaan ini kemudian diperluas. Pada 1998, Wipro berhasil mengekspor 50 item software ke seluruh dunia dan membukukan penjualan US$ 1,8 miliar. Kini 80% keuntungan grup
disumbang oleh bisnis software.

Selain mengekspor software, Wipro juga mengerjakan solusi millennium bug guna memperbanyak klien baru. Wipro kini menjadi partner General Electric, sambil mengorganisasi perusahaan software India mengerjakan divisi Riset dan Pengembangan (R&D) pesanan Cysco System (AS), Alcatel (Prancis) dan Fujitsu (Jepang).

Kendati sudah besar, Wipro masih sering dicibir para analis. Yang diserang antara lain gemuknya struktur Wipro, karena menjalankan berbagai jenis usaha. Kritik ini tentu saja ditangkis Azam. Menurut dia, usaha yang terdiversifikasi bukan hambatan mengembangkan divisi TI yang selama ini terbukti tumbuh sangat pesat.

Satu hal yang harus diakui Wipro adalah ketertinggalannya dibanding Infosys dalam hal opsi kepemilikan saham. Sikap konservatif Azam harus berbayar mahal: beberapa tenaga andalnya beberapa waktu lalu hengkang dan mendirikan usaha sendiri. Untunglah Azam cepat tanggap. Sejak Juni lalu, dia mulai menerapkan skema pem- bagian keuntungan dan standar akunting internasional. Di Andhra Pradesh, revolusi industri TI dipelopori Chief Minister Chan- dranabu Naidu. Tempat ini telah dipilih Bill Gates sebagai negara pertama di luar AS untuk pembangunan fasilitas R&D Microsoft.

Guna mendukung ambisinya menjadikan negaranya sebagai Lembah Silikon India, tahun ini Naidu meluluskan 5 ribu ahli komputer dari Institute of Information Technology -- lembaga yang dibidani IBM, Microsoft dan Oracle untuk membangun jaringan antara univer- sitas di AS dan India. Belajar dari kelemahan Bangalore yang punya problem akses dan listrik, tahun ini Naidu melipatgandakan kapasitas listrik di Andhra Pradesh yang menelan investasi US$ 3 miliar. Naidu -- yang oleh rakyatnya dijuluki "pentium Premier" -- juga membangun infrastruktur lain seperti jalan, pelabuhan laut dan udara di Hyderabad (ibu kota Andhra Prades) dan Vishakhapatman. Cita-citanya, menjadikan negara bagian ini men- jadi wired city besar di India.

New Delhi juga punya New Delhi Institute Of Information Technology (NIIT). Rencana besar pendirinya, Rajendra Pawar, membeli perusahaan software AS yang memiliki jaringan pasar terbesar. Untuk ambisi besar ini, dia menyediakan dana tunai US$ 100 juta. "Tujuan utama saya adalah membangun positioning," ungkapnya.

Belakangan, NIIT tumbuh menjadi lembaga pelatihan TI terbesar di India. Ambisi besarnya itulah, kata Morgan Stanley Dean Winter, yang mendongkrak saham NIIT masuk dalam 20 saham terbaik di Asia dengan pertumbuhan earning per share sebesar 405 dalam 5 tahun ke
depan.

Kerja besar NIIT antara lain mengerjakan Y2K Britihs Airways serta membantu Brussels Stock Exchange untuk pekerjaan konversi mata uang euro. Di Asia, NIIT membantu website Singapore Sports Council. Di Malaysia, dia terlibat dalam Smarts School Project, juga proyek CD-ROM senilai US$ 8 juta. Di Malaysia pula, NIIT sekarang memiliki 9 pusat pendidikan TI dan akan ditambah menjadi 20 hingga akhir tahun ini. Kendati banyak jagoannya hengkang karena ada tawaran baru, dia tetap optimistis, kader barunya setiap saat bisa menggantikannya.

To Be Continued