Minggu, 05 Desember 2010

CIRI-CIRI IPA

CIRI-CIRI IPA

Sebagai suatu produk, proses maupun penerapan, IPA memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat membedakan ilmu pengetahuan lain. Adapun ciri-ciri tersebut adalah :

1) Pengetahuan dalam IPA bersifat universal. Ini berarti konsep-konsep dan teori IPA tetap konsisten danb berlaku dimana-mana. Hal ini antara lain karena IPA tidak membahas nilai-nilai moral dan etika, dan menjangkau nilai-nilai keindahan dan seni budaya yang nilainya dipengaruhi oleh kebudayaan masing-masing tempat.

Contoh :

Hukum gravitasi Newton berlaku mulai dari apel-apel yang jatuh ke bumi pada berbagai tempat, hingga bergeraknya bulan mengelilingi bumi dan juga bergeraknya planet-planet mengelilingi matahari.

2) Ciri kedua dari IPA ialah konsep-konsep dalam IPA dapat diuji kebenarannya oleh siapa saja pada setiap waktu. ini berarti konsep-konsep IPA dapat dibuktikan oleh ilmuwan-ilmuwan lain pada waktu yang berbeda-beda.

Contoh :

Berdasarkan hasil pengamatannya, Alexis Bouvard (Perancis) mengamati bahwa terdapat kelainan-kelainan dari orbit planet Uranus. Dua belas tahun kemudian, John Adam (Inggris) dan Jean Leverier (Perancis) dengan perhitungan-perhitungan teoritis menunjukkan bahwa penyimpangan orbit Uranus tersebut disebab planet lain dibelakangnya dnegan lokasi yang dapat ditentukan. Pada tahu 1842, barulah observatorium Berlin dapat mengamati lokasi tersebut dan menemukan planet baru yang kemudian diberi nama Neptunus. Dengan demikian hipotesis Leverier dapat dibuktikan kebenarannya oleh orang lain.

3) Ciri ketiga dari IPA adalah bahwa konsep dari teori IPA bersifat tentatif yang berarti kemungkinan dapat diubah bila ditemukan fakta baru yang tidak sesuai dengan konsep dan teori tersebut.

Metoda Ilmiah Sebagai Ciri IPA

Metoda ilmiah merupakan cara-cara ilmiah untuk memperoleh pengetahuan dan yang menentukan apakah suatu pengetahuan bersifat ilmiah. Metode ilmiah yang digunakan, harus menjamin akan menghasilkan pengetahuan yang ilmiah, yaitu yang bersifat objektif, sistematis dan konsisten.

Metoda ilmiah terutama digunakan dalam IPA, tetapi juga banyak juga digunakan dalam ilmu pengetahuan lain. Dalam bentuk dan langkah-langkah sederhana, juga dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan agar memperoleh keputusan yang objektif. Adapun langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut adalah :

1) Perumusan masalah

Langkah metoda ilmiah diawali dengan merasakan adanya masalah dan berkeinginan untuk memecahkan masalah. Masalah antara lain timbul karena adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi dengan keadaan yang sebenarnya. Yang dimaksud dengan masalah disini umumnya ialah berupa pertanyaan yang mengandung unsur-unsur apa, mengapa, dan bagaimana suatu objek yang akan diteliti.

Langkah selanjutnya adalah membatasi masalah dan faktor-faktor yang mempengaruhi untuk menentukan ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan. Kemudian masalah tersebut perlu dirumuskan agar menjadi jelas sehingga mempermudah langkah-langkah selanjutnya dalam memecahkan masalah tersebut.

2) Penyusunan hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang mengandung jawaban-jawaban sementara tentang masalah yang diteliti dan yang harus diuji kebenaranya melalui observasi dan eksperimen. Hipotesis menunjukkan adanya kemungkinan-kemungkinan jawaban atau dugaan-dugaan sementara tentang masalah yang diteliti. Penyusunan hipotesis harus dilandasi pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3) Pengumpulan data

Yaitu mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan masalah tersebut dan yang relevan dengan hipotesis yang telah disusun. Pengumpulan data ini antara lain dapat dilakukan dengan mencari informasi dari buku-buku sumber atau dari orang yang dianggap banyak mengetahui tentang masalah tersebut (resouce persons).

Langkah selanjutnya dalah menyeleksi dan mengklasifikasikan data. Data yang telah terkumpul diseleksi untuk dipilih data yang erat hubungannya dengan masalah dan yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Mengklasifikasikan data berarti menggolong-nggolongkan data sesuai dengan jenis dan kategorinya dalam memecahkan masalah. Bila perlu data kuantitatif dapat disusun dalam bentuk tabel atau grafik.

4) Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan atau observasi dan dapat dilakukan dengan melalui eksperimen. Pengujian hipotesis tidak berarti harus membenarkan hipotesis karena suatu hipotesis dapat ditolak kebenarannya bila hasil-hasil eksperimen atau observasi tersebut ternyata tidak mendukungnya.

Hasil-hasil eksperimen dan data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis untuk menentukan apakan hipotesis yang telah diajukan ditolak atau diterima kebenarannya.

5) Pengambilan kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil eksperimen yang telah dilakukan pada proses pengujian hipotesis ditarik kesimpulan hipotesis mana yang ditolak dan hipotesis mana yang diterima. Kesimpulan yang diambil merupakan pengetahuan yang telah di uji kebenarannya. Kesimpulan tersebut juga merupakan jawaban terhadap masalah yang diteliti atau dipecahkan, yang dikomunikasikan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Kecuali itu dari suatu hasil penelitian, biasanya timbul masalah-masalah baru yang perlu diteliti.

Apakah keseluruhan langkah-langkah metoda ilmiah tersebut perlu dilakukan secara berurutan ?

Pada umumnya, langkah-langkah tersebut perlu dilakukan secara teratur dan berurutan, karena langkah yang satu merupakan landasan dari langkah berikutnya. Tetapi pada beberapa pustaka, langkah pengumpulan data dilakukan lebih dahulu sebelum penyusunan hipotesis. Ini membawa konsekwensi, terkumpulnya data yang akhirnya kurang relevan dengan hipotesis yang akan disusun. Sebaliknya mungkin saja terjadi, data yang diperlukan terlewat untuk dikumpulkan, hingga perlu diulang atau dilengkapi.


Sekalipun kesimpulan suatu penelitian diambil berdasarkan metoda-metoda ilmiah, tetapi kesimpulan tersebut tetap mempunyai kemungkinan mengandung kesalahan-kesalahan. Pengumpulan data hasil observasi ataupun informasi dari buku-buku, dilakukan dengan melalui indera-indera manusia yang mempunyai keterbatasan. Demikian juga alat-alat eksperimen yang dipergunakan mungkin belum memadai untuk mengumpulkan data yang lebih akurat. Oleh karena itu, kesimpulan yang berupa pengetahuan IPA dapat berubah bila ternyata ditemukan data baru yang tidak sesuai. Inilah yang menyebabkan IPA mempunyai ciri tentatif, seperti yang telah kita bahas.


Keterbatasan lain dari metoda ilmiah IPA ialah bahwa IPA dengan metoda ilmiahnya tidak dapat menjangkau sistem nilai yang berkaitan dengan nilai-nilai keindahan atau estetika serta nilai-nilai yang menyangkut kebaikan dan keburukan.


Dengan metoda ilmiah ini, para ilmuwan tidak mau dan tidak mampu menguji kebenaran-kebenaran yang diturunkan berdasarkan wahyu Ilahi. Kebenaran wahyu Ilahi adalah kebenaran yang bersifat mutlak dan diyakini sepenuhnya akan kebenarannya oleh pemeluknya serta abadi sepanjang masa.

Jumat, 05 November 2010

HAKIKAT IPA

HAKIKAT IPA

Untuk mempelajari hakikat IPA perlu kita kaji kembali ketiga contoh definisi IPA.

IPA pada hakekatnya merupakan suatu produk, proses dan penerapan dengan penjelasan sebagai berikut :

1) IPA pada hakikatnya merupakan suatu produk atau hasil. IPA merupakan sekumpulan pengetahuan (dalam definisi pertama dan kedua) dan sekumpulan konsep-konsep dan bagan konsep (dalam definisi ketiga) yang merupakan hasil suatu proses tertentu.

2) IPA pada hakikatnya adalah suatu proses (dalam definisi kedua). Yaitu proses yang digunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk IPA. Dalam Proses ini digunakan metode ilmiah dan terutama ditekankan pada proses observasi dan eksperimen (dalam definisi pertama dan kedua).

Dengan mengutip pendapat Einstein tentang proses IPA, John G. Kemeny menegaskan baha IPA berangkat dari fakta dan berakhir pada fakta. Kemeny menjelaskan terdapatnya tiga tahapan dalam proses tersebut;

a) Bertolak dari Fakta-fakta khusus hasil observasi dan eksperimen terdahulu, disusun konsep-konsep kemudian teori-teori. Penyusunan teori secara demikian disebut secara induktif, yaitu bertolak dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum, atau dari fakta-fakta hasil eksperimen dan observasi, menuju terbentuknya teori. Tahapan ini disebut tahapan induksi.

Contoh :
Dari beberapa pengamatan menunjukkan bahwa tumbuhan berkeping satu mempunyai akar serabut maka kita selidiki tumbuhan satu lainnya, ternyata semuanya berakar serabut. Kemudian diambil kesimpulan umum bahwa tumbuhan berkeping satu mempunyai akar serabut.

b) Tahapan kedua adalah deduksi.Berrtitik tolak dari suatu teori atau kesimpulan umum yang telah dianggap benar,dapat diramalkan atau diprediksi fakta-fakta baru yang bersifat khusus. Fakta-fakta atau ramalan-ramalan baru ini merupakan konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari teori atau kesimpulan umum tersebut.

Contoh :

Misalnya kita sudah menganggap benar kesimpulan umum tentang tumbuhan berkeping satu tersebut. Bila suatu ketika ditemukan tumbuhan yang berakar serabut, maka kita deduksikan bahwa tumbuhan tersebut berkeping satu.

c) Diketemukannya dugaan atau ramalan baru, akan mendorong dilakukannya observasi dan eksperimen selanjutnya, untuk menguji kebenaran ramalan-ramalan tersebut. Tahapan ini disebut tahapan verifikasi. Ramalan atau konsekuensi yang telah diuji kebenarannya melahirkan fakta-fakta baru yang secara induktif dapat disusun teori baru lagi. Dengan demikian, proses-proses IPA merupakan proses yang berantai dan melingkar, yang bertolak dari fakta dan berakhir pada fakta baru. Secara singkat proses tersebut digambarkan pada bagan berikut

Matematika mempunyai sumbangan yang penting bagi perkembangan IPA. Matematika antara lain berperan sebagai penunjang untuk memahami gejala-gejala alam dan untuk memperhitungkan secara logis sesuatu yang tidak dapat diperoleh dari observasi dan eksperimen. Perkembangan IPA bukan hanya karena proses induksi dan deduksi tetapi juga peranan matematika. Pengetahuan yang diperoleh dengan metoda ilmiah yang disertai perhitungan matematika melahirkan IPA kuantitatif yang dipandang merupakan IPA modern.


3) Adapun hakikat IPA yang ketiga adalah bahwa IPA pada hakikatnya merupakan suatu penerapan atau aplikasi. penerapan teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan. Penerapan-penerapan IPA ini juga berguna untuk mengembang teori dan teknologi baru.

Erat kaitannya dengan hakikat IPA sebagai suatu penerapan, Norman Campbell memandang IPA menjadi dua aspek yag satu sama lain tidak dapat dipisahkan bagai mata uang dnegan kedua sisi-sisinya. Kedua aspek tersebut adalah ”practical science” dan aspek “pure science” sebagai ”practical science” IPA sangat bermanfaat dalam kehidupan masyarakat melalui teknologi. Sebagai “pure science”, IPA tidak dapat bermanfaat langsung bagi kehidupan, tetapi mengandung nilai intelektual. Apa yang kita pelajari secara langsung dari IPA adalah aspek “pure science” tersebut.

Rabu, 20 Oktober 2010

Bumi Siliwangi Corporation

Visi

Membangun Para Entrepreneur Tangguh

Misi

Wirausaha berbasis IPTEKS

Program


Minggu, 05 September 2010

FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

Proses Belajar Mengajar

Dewasa ini FPMIPA melaksanakan Kurikulum 2006 yang lebih ramping dan fleksibel dengan beban sekitar 146 sks, termasuk di dalamnya 12 sks Mata Kuliah Keahlian Fakultas (MKK Fakultas).

Dosen

Pada tahun 2008 FPMIPA memiliki dosen sebanyak 199 orang yang terdiri atas 51 orang doktor (7 orang diantaranya guru besar), 136 dosen berpendidikan magister, dan selebihnya berpendidikan sarjana. Pada tahun 2009 sebanyak 24 orang dosen sedang menyelesaikan program doctor dan 12 orang sedang menyelesaikan program magister.

Fasilitas

1. Ruang Kuliah dan Seminar

Gedung FPMIPA dilengkapi dengan 14 ruang kuliah berbagai ukuran yaitu: 2 ruang berkapasitas 150 orang mahasisw, 1 ruang berkapasitas 100 mahasiswa, 6 ruang berkapasitas 60 mahasiswa, dan 5 ruang berkapasitas 30 mahasiswa.Untuk melayani kegiatan ilmiah seperti seminar dan workshop, FPMIPA mememiliki Auditorium berstandar internasional dan berkapasitas 300 orang. Sejumlah seminar tingkat nasional dan internasional telah diselenggarakan di gedung Auditorium ini.

2. Laboratorium

Jurusan-jurusan di FPMIPA dilengkapi dengan sarana-sarana Laboratorium berstandar internasional yang dapat dipergunakan selain ntuk kegiatan praktikum mahasiswa juga dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian mahasiswa dan dosen . Laboratorium-laboratorium yang terdapat di FPMIPA, adalah :

Jurusan Pendidikan Matematika:
- Laboratorium Komputer
- Lab Pembelajaran

Jurusan Pendidikan Fisika:
- Laboratorium Fisika Dasar
- Laboratorium Fisika Lanjutan
- Laboratorium Elektronika
- Laboratorium Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA)

Jurusan Pendidikan Biologi:

- Laboratorium Biologi Struktur dan Perkembangan
- Laboratorium Fisiologi
- Laboratorium Keanekaragaman dan Klasifikasi
- Laboratorium Mikrobiologi
- Laboratorium Ekologi, Laboratorium Genetika
- Kebun Botani

Jurusan pendidikan Kimia:
- Laboratorium Kimia Dasar dan Analitik
- Laboratorium Kimia Organik dan Biokimia
- Laboratorium Kimia Instrumentasi
- Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik
- Laboratorium Penelitian

Program Studi Ilmu Komputer dan Pendidikan Ilmu Komputer
- Laboratorium Hardware
- Laboratorium Basis Data
- Laboratorium Struktur Data
- Laboratorium Numerik
- Laboratorium Multimedia

Laboratorium di tingkat Fakultas:
- Laboratorium pengajaran sekolah dasar dan menengah
- Workshop
- Kurikulatorium
- Unit produksi pembelajaran berbasis ICT
(Information Communication Technology)
- LAN (Local Area Network) terpasang di setiap ruangan di gedung FPMIPA.
Memungkinkan setiap civitas akademika FPMIPA berkomunikasi secara global
melalui internet.

Pada tahun 2009 FPMIPA sedang mengembangkan Bengkel Kerja danLaboratorium Alat Bantu pembelajaran. Pengembangan fasilitas ini ibantu oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI). Beberapa peralatan laboratorium yang ada di FPMIPA diantaranya adalah : High Performance Liquid Chromatography (HPLC), Atomic Absorption Spectrophometer (AAS), UV/VIS Spectrophotometer, Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS),FTIR Spectroscopy, Electrophoresis Set, Gel drayer, Micro centrifuge, PCR, Freeze dyer, Microphotograph unit, Computer-Controlled Difractometer, Computer Controlled Micro Movement Stages (3 Axis), Nitrogen Dye Laser System untuk penelitian dalam bidang optik non-linear dan perilaku gelombang sinar laser, serta Teleskop untuk menyaksikan kejadian alam yang langka, seperti posisi Mars yang terjadi pada bulan Agustus 2003.

Kegiatan Penelitian

Payung penelitian menjadi jangkar bagi penelitian dosen dan penelitian mahasiswa (skripsi dan tugas akhir), antara lain pedagogi materi subyek MIIPA, pengembangan kreativitas dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thingking) melalui pembelajaran matematika dan sains, pembelajaran MIPA berbasis ICT, pembelajaran MIPA berbasis hands-on.


Untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas penelitian baik dikalangan dosen maupun mahasiswa,setiap jurusan berupaya mendorong para dosennya untuk senantiasa meningkatkan wawasan tentang penelitian dan penyusunan proposal yang tersusun selanjutnya diajukan/dipersaingkan untuk memperoleh dana tertentu, seperti dari hibah kompetitif DIKTI, seperti Hibah Bersaing, Penelitian Fundamental, Hibah Kompetensi, RAPID, Program Insentif Ristek, dll. Untuk menjamin adanya keberlanjutan pengembangan ilmu, setiap kelompok peneliti selalu berusaha mengembangankan bidang kajiannya secara konsesten dan berkaitan dengan bidang keahliannya.

Selain berkonsentrasi pada bidang pendidikan MIPA, sejumlah dosen juga melakukan penelitian dalam bidang MIPA murni dan dan aplikasi bidang ilmu MIPA. Setiap hasil penelitian, baik dalam bidang pendidikan maupun ilmu murni, berusaha didiseminasikan melalui berbagai kegiatan seperti seminar, konfensi, serta jurnal ilmiah dalam dan luar negeri. Desiminasi juga dilakukan melalui kegiatan pengabdian pada masyrakat.

Kegiatan Kemahasiswaan

Kegiatan kemahasiswaan di FPMIPA diwadahi dalam organisasi BEM jurusan. Kegiatan kemahasiswaan di FPMIPA menitik beratkan pada dua aspek kegiatan. Pengembangan keorganisasian dan kegiatan sosial dan pengembangan potensi akademik mahasiswa. Kegiatan, organisasi dan sosial meliputi pengembagnan kepemimpinan, pengabdian pada masyarakat dll. Keberhasilan kegiatan pengembangan potensi akademik mahasiswa meliputi kegiatan program kreativitas mahasiswa (PKM) penelitia dan karya tulis, kegiatan seminar dll. Dalam tiga tahun terakhir, sederetan prestasi akademik dan non akademik telah diraih para mahasiswa FPMIPA. Beberapa diantaranya adalah:

Juara 3 International Scientific Olympiad on Mathematics diraih oleh Enjun Junaeti mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika

Peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (2 kelompok dari Jurusan Pendidikan Kimia)

Medali Perunggu PON cabang pencak silat (atasnama Febriani dari Jurusan Pendidikan Matematika)

Semifinalis Olimpiade Sains Nasional tingkat Perguruan Tingggi Indonesia, OSN-PTI (Ari Hardian dan Isman Kurniawan dari Jurusan Pendidikan Kimia).

Juara 1 Lomba Prestasi Ilmiah Nasional dalam rangka Program Pertamina sehati tahun 2007 di Jakarta dari Jurusan Pendidikan Matematika.

Juara I Lomba Penulisan Paper Tingkat Nasional Program Pertamina Sehati tahun 2007 di Jakarta dengan Judul Biore moval Logam Mercuri Menggunakan Mikroorganisme (Suatu Kajian Terhadap Lumpur Lapindo) Nandang Heryanto, Pendidikan Matematika

Juara I Lomba Presentasi Ilmiah Tingkat Nasional Program Pertamina Sehati tahun 2007 di Jakarta dengan Judul Tape Ketan sebagai Energi Alternatif Masa Depan Nandang Heryanto, Pendidikan Matematika
Medali perunggu Olimpiade Matematika tingkat Internasional di Teheran 2005 dai jurusan Pendidikan Matematika,


Kerjasama

Kerjasama dengan DIKTI

Untuk meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan sekolah, mulai pada tahun 2005 FPMIPA UPI diberi kepercayaan oleh DIKTI untuk menyelenggarakan pelatihan School Univercity Partnership yang diikuti sejumlah Perguruan Tinggi dari Jawa dan Sumatra. Melalui kegiatan tersebut, FPMIPA UPI berupaya untuk melakukan sharing pengalaman khususnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan keprofesionalan guru melalui lesson study. Lesson Study ini dipandang sangat penting, karena melalui kegiatan tersebut selain dapa menjadi sarana untuk membantu guru meningkatkan keprofesionalannya, juga bermanfaat untuk memperoleh umpan balik dari lapangan yang dapat dijadikan masukan guna memperbaiki kualitas perkuliahan. Dalam upaya pengadaan guru MIPA untuk daerah terpencil, pada tahun 206 FPMIPA diberi kepercayaan menyelenggrakan program S-1 MIPA untuk 50 mahasiswa dari beberapa kabupaten di NTT dan NTB. Pada tahun 2007 tugas tersebut dilanjutkan lagi untuk 50 mahasiswa baru lainnya.

Kerjasama dengan JICA

FPMIPA telah menjalin kerjasama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency) melalui Project for Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and Secondary Education in Indonesia selama 5 tahun (1998-2003). Proyek kerjasama teknis JICA ini disebut proyek IMSTEP dan melibatkan 3 institusi yaitu FPMIPA UPI, FMIPA UNY, dan FMIPA UM. Melalui kerjasama teknis JICA, FPMIPA melakukan pengembangan, pembenahan, dan peningkatan kualitas pendidikan MIPA baik pada tingkat LPTK maupun sekolah. Program kerjasama teknis JICA ini diperpanjang selama dua tahun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 dengan nama proyek Follow-up Program IMSTEP-JICA.

Program Follow-up IMSTEP JICA lebih menekankan pada kegiatan kolaborasi antara FPMIPA UPI dengan sekolah-sekolah. Melalui kegiatan kolaborasi ini, guru bersama dosen melakukan pengembangan model-model pembelajaran MIPA yang inovatif berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials untuk meningkatkan kualitas pembelajaran MIPA di sekolah menengah. Model-model pembelajaran yang telah dikembangkan secara diujicoba dibeberapa sekolah menengah dalam bentuk piloting.

Walupun kerjasama follow-up IMSTEP-JICA telah berakhir pada bulan September 2005, akan tetapi karena dinilai berhasil dengan baik, maka pada saat itu telah disepakatisuatu program kerjasama baru selama dua tahun setengah kedepan (tahun 2006 sampai tahun 2008) dengan focus perhatian pada peningkatan keprofesionalan guru MIPA SMP dan MTs. Program tersebut dilaksanakan di Kabupaten Sumedang. Program kerjasama lanjutan yang didukung oleh DIKTI dan PMPTK disebut sebagai Program SISTTEMS. Program tersebut diimplementasikan melalui kerjasama anta UPI, JICA, dan Pemda Kabupaten Sumedang. Melalui program tersebut, FPMIPA UPI bersama JICA membantu para guru MIPA SMP meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui Lesson Study berbasis MGMP dan Lesson Study berbasis sekolah.

Kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten

Dalam rangka peningkatan profesionalisme guru MIPA, FPMIPA UPI telah melaksanakan workshop/pelatihan Pengelolaan Pembelajaran MIPA sekolah berbasis kompetensi. Kegiatan lain yang dilaksanakan adalah Lesson Study. Melalui kegiatan tersebut guru-guru dan dosen saling belajar melalui observasi pembelajaran dan diskusi pasca pembelajaran. Kerjasama serupa dilakukan dengan Sampoerna Foundation untuk tahun 2008/2009.

Rabu, 18 Agustus 2010

FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

http://fpmipa.upi.edu

Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas Pokok dan fungsi FPMIPA adalah mengupayakan pembinaan sumber daya manusia dalam bidang Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA) dan bidang MIPA yang diperlukan oleh berbagai jenis dan jenjang pendidikan yang relevan serta dunia industri. FPMIPA menaungi 4 (empat) jurusan dan sepuluh program studi. Keempat jurusan itu adalah Jurusan Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Biologi, dan Jurusan Pendidikan Kimia.

Masing-masing jurusan menaungi dua program studi yaitu program studi kependidikan dan program studi non kependidikan. Selain itu, FPMIPA juga memiliki dua program studi baru yaitu Ilmu Komputer dan Pendidikan Ilmu Komputer. Pada tahun akademik 2009/2010 FPMIPA membuka International Program on Science Education (IPSE). Kurikulum program studi di lingkungan FPMIPA memiliki beban studi antara 144-146 sks, Program studi non kependidikan dan program studi kependidikan yang sejenis masing-masing memiliki kesamaan jenis mata kuliah antara 70% sampai 75 % sks yang mencakup mata kuliah umum (MKU) dan mata kuliah bidang studi. Antara 25-30% sks pada kurikulum program studi kependidikan digunakan untuk pengembangan kemampuan dalam kependidikan bidang studi dan pada kurikulum program studi non kependidikan digunakan untuk pengembangan kemampuan dalam bidfang studi tingkat lanjut.

Jurusan dan Program Studi

Jurusan Pendidikan Matematika

Jurusan ini menaungi dua Program Studi yaitu: Program Studi Pendidikan Matematika dan Program Studi Matematika (non kependidikan). Lulusan program studi Pendidikan Matematika bergelar S.Pd., dan lulusan program studi Matematika bergelar Sarjana Sains (S.Si.). Sejak tahun 2003 Jurusan Pendidikan Matematika berhasil mensejajarkan diri dengan jurusan matematika dari universitas terkemuka seperti ITB dan UGM. Keberhasilan ini ditandai dengan keberhasilan secara berkelanjutan dalam mengirimkan wakil mahasiswa sebagai peserta dan mendapat penghargaan dalam ajang olimpiade tingkat dunia.

Saat ini Jurusan Pendidikan Matematika memiliki jaringan kerjasama internasional dengan beberapa perguruan tinggi terkemuka, seperti Chiba University dan Gunma University Jepang. Beberapa staf dosen terlibat secara aktif dalam kerjasama penelitian matematika dengan Chiba University dan Gunma University dan dalam bidang pendidikan Matematika dengan Gunma University.

Jurusan Pendidikan Biologi

Jurusan ini menaungi dua Program Studi yaitu: Program Studi Pendidikan Biologi dan Program Studi Biologi (non kependidikan). Lulusan Program Studi Pendidikan Biologi bergelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.), dan lulusan Program Studi Biologi bergelar Sarjana Sains (S.Si.). Beberapa dosen jurusan ini juga aktif dalam pengembangan kurikulum sekolah dan upaya peningkatan mutu pendidikan di tingkat nasional. Kebun botani merupakan sarana laboratorium yang dimiliki Jurusan Pendidikan Biologi dan menjadi sumber belajar bagi perkuliahan morfologi dan anatomi tumbuhan, serta botani phanerogamae.

Jurusan Pendidikan Fisika

Jurusan ini memiliki dua Program Studi yaitu: Program Studi Pendidikan Fisika dan Program Studi Fisika (non kependidikan). Lulusan Program Studi Pendidikan Fisika bergelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.), dan lulusan Program Studi Fisika bergelar Sarjana Sains (S.Si.). Satu Keistimewaan pada jurusan ini adalah dimilikinya seperangkat alat teropong bintang berstandar internasional untuk praktikum mahasiswa, dosen, guru, dan siswa sekolah. Bahkan alat ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat luas ketika ada gerhana matahari yang langka terjadi.


Jurusan Pendidikan Kimia

Jurusan ini memiliki dua Program Studi yaitu: Program Studi Pendidikan Kimia dan Program Studi Kimia (non kependidikan). Untuk pelaksanaan perkuliahan jurusan ini memiliki laboratorium Kimia yang sangat canggih dengan fasilitas berstandar internasional. Fasilitas Laboratorium tersebut dapat dimanfaatkan baik oleh program studi pendidikan maupun program studi non kependidikan. Lulusan Program Studi Pendidikan Kimia bergelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.), dan lulusan Program Studi Kimia bergelar Sarjana Sains (S.Si.).

Selain aktif dalam bidang perkuliahan para dosen juga aktif dalam bidang penelitian dengan dana yang diperoleh secra bersaing.

Pada tahun 2006 seorang dosen Kimia memperoleh LIPA Award karena penelitiannya dinilai sangat bagus. Demikian pula beberapa dosen pada jurusan ini berpartisifasi dalam program pengembangan pendidikan di tingkat nasional.


Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer dan Program Studi Ilmu Komputer

Mulai tahun 2004, FPMIPA membuka Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer dan Program Studi Ilmu Komputer. Untuk pelaksanaan perkuliahan kedua program studi ini memiliki beberapa laboratorium antara lain Laboratorium Hardware, Laboratorium Basis Data, Laboratorium Struktur Data, Laboratorium Numerik, dan Laboratorium Multimedia. Fasilitas laboratorium tersebut dapat dimanfaatkan baik oleh mahasiswa program studi kependidikan maupun program studi non kependidikan. Lulusan Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer bergelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.), dan lulusan Program Studi Ilmu Komputer bergelar Sarjana Komputer (S.Kom.).

International Program on Science Education (IPSE)

Pada tahun akademik 2009/2010 FPMIPA membuka International Program on Science Education (IPSE).Program ini bertujuan menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi mengajar mata pelajaran IPA pada sekolah internasional dan sekolah nasional berstandar internasional setingkat SMP. Oleh karena itu pembelajaran pada program ini menggunakan pengantar dalam bahasa inggris. Lulusan program ini akan bergelar S.Pd dan direncanakan memiliki sertifikasi dari lembaga internasional. Program ini belum memiliki Ketua Program Studi, tetapi kegiatan akademik sementara dikoordinasikan oleh Dr. Ari Widodo, M.A sedangkan manajemen program dilakukan oleh fakultas dibawah koordinasi Pembantu Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan.

Senin, 05 Juli 2010

HAKEKAT ILMU PENGETAHUAN ALAM.

HAKEKAT ILMU PENGETAHUAN ALAM.

Ilmu pengetahuan alam yang bermula timbil dari rasa ingin tahu manusia, sekarang telah berkembang pesat dan telah banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat . Penmuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi dapat memberikan kemudahan dan peningkatan kehidupan masyarakat. Misalnya peningkatan penyediaan sandang dan pangan, kualitas kesehatan individu dan masyarakat.

Kecuali itu, penemuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi merupakan dasar pembuka jalan bagi pengembangan ilmu pengetahuan alam selanjutnya. Semua penemuan-penemuan ilmu pengetahuan alam masa kini, bukanlah hasil penemuan secara serentak, melainkan merupakan jalinan penemuan-penemuan sebelumnya. Suatu penemuan memungkinkan terdapatnya masalah baru yang mendorong manusia untuk bereksperimen selanjutnya. Dengan demikian terjadi proses berantai yang dinamis dan menyebabkan ilmu pengetahuan alam berkembang pesat.

Contoh :

Penemuan tentang peranan kromosom dan gen dalam menurunkan sifat-sifat mahluk hidup dari generasi terdahulu pada generasi berikutnya, telah ditetapkan untuk memperoleh bibit unggul. Dengan jalan perkawinan silang dan mutasi buatan, diperoleh tanaman baru yang mempunyai produksi lebih tinggi dan tahan hama. Ini berarti dapat meningkatkan penyediaan pangan masyarakat.

Contoh lain misalnya dengan diketemukannya mikroskop sederhana, terbuka jalan untuk mempelajari organisme-organisme kecil yang semula tidak dapat dilihat. Pengetahuan tentang mikroorganisme itu makin berkembang dan melahirkan ilmi mikrobiologi. Selain itu, penemuan mikroskop juga membuka jalan bagi pengembangan dan penemuan berbagai jenis mikroskop yang memiliki kemampuan lebih tinggi.

Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmiu pengetahuan alam yang bahasa asingnya “science” berasal dari kata latin “Scientia” yang berarti saya tahu. Kata “science” sebenarnya semula berarti ilmu pengetahuan yang meliputi baik ilmu pengetahuan sosial (Social science) maupun ilmu pengetahuan alam (natural science). Lama kelamaan, bila seseorang mengatakan “science” maka yang dimaksud adalah “natural science” atau dalam bahasa Indonesia disebut ilmu pengetahuan alam dan disingkat IPA. sedangkan IPA sendiri terdiri dari ilmu-ilmu fisik (Physical science) yang natara lain kimia, fisika, astronomi dan geofisika, serta ilmu-ilmu biologi (life science).

Untuk mengidentifikasikan IPA dengan kata-kata atau dengan kalimat yang singkat tidak mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap pengertian IPA tersebut. Terdapat beberapa definisi IPA diantaranya adalah :

1) Menurut H.W. Fowler : “Ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan alam yang sistematis dan dirumuskan , yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi”.

Definisi IPA ini tampaknya banyak diterima dan dipakai di sekolah-sekolah di Indonesia.

2) Menurut Robert B.Sund : “Ilmu pengetahuan alam adalah sekumpulan pengetahuan dan juga suatu proses“.

Dalam definisi ini IPA mengandung dua unsur, yaitu sebagai sekumpulan pengetahuan dan sebagai suatu proses untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan tersebut.

3) Definisi lainnya, yaitu menurut James B. Conant : “Ilmu pengetahuan alam adalah suatu rangkaian konsep-konsep yang saling berkaitan dan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai hasil eksperiment dan obeservasi dan bermanfaat untuk eksperimen serta observasi lebih lanjut”.

Dalam definisi ke tiga ini terdapat tiga unsur IPA. Yang pertama, adalah serangkaian konsep dan bagan konsep yang saling berkaitan. Yang dimaksud bagan konsep ialah suatu konsep yang menyangkut konsep-konsep lain yang relevan. Misalnya konsep evolusi yang menyangkut konsep mutasi, konsep variasi, konsep penyebaran geografis.

Adapun unsur kedua dari definisi IPA tersebut, berupa proses terutama mempergunakan metoda observasi dan eksperimen. Sedangkan unsur ketiga berupa manfaat dan penerapannya, yaitu untuk observasi dan eksperimen lebih lanjut.

Dari ketiga contoh definisi IPA tersebut, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu pengetahuan yang ilmiah, karena IPA mempunyai syarat-syarat berikut :

1) Bersifat objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan kenyataan dari objeknya dan dapat dibuktikan dengan pengamatan dan pengamalan empirik. Adapun objek studi IPA adalah benda-benda dan gejala-gejala kebendaan, baik benda hidup, benda mati maupun tidak hidup.

2) Bersifat sistematik, artinya IPA mempunyai sistem yang teratur. Sistem ini dipergunakan untuk menyusun, mengorganisasikan pengetahuan, konsep-konsep dan teori IPA.

3) Mengandung metode tertentu yaitu metode ilmiah. Metode ini dipergunakan untuk mempelajari objek studi, untuk memperoleh pengetahuan dan juga cara berfikir dan memcahkan masalah.

Sabtu, 05 Juni 2010

TIMBULNYA ILMU PENGETAHUAN ALAM


TIMBULNYA ILMU PENGETAHUAN ALAM

Berkat makin sempurnanya alat pengamat bintang berupa teleskop dan semakin meningkatnya kemampuan berfikir manusia maka pada tahun 1500-1600 terjadi perubahan besar atas semua ajaran Aristoteles maupun Ptolomeus. Sebagai tinggak sejarah dapat dicatat disini adalah :

NIKOLAUS COPERNICUS (1473-1543). Ia tidak saja astronom tetapi juga ahli matematika dan pengobatan. Tulisannya yang terkenal dan merompak pandangan astronom zaman Yunani berjudul : “De Revolutionibus Orbium caelestium”. Artinya “peredaran alam semesta”. Buku itu ditulis pada tahun 1507 namun tidak segera diumumkan karena prinsip heliosentrisme (pusat matahari) bertentangan dnegan kepercayaan penguasa pada saat itu. Pokok ajarannya antara lain:

1. Matahari adalah pusat dari solar sistem. Di dalam sistem itu bumi adalah salah satu planet diantara planet-planet lain yang beredar mengelilingi matahari.

2. Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari.

3. Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur dan mengakibatkan adanya siang dan malam dan pandangan gerakan bintang-bintang.

Pengikut Copernicus yaitu BRUNO (1548-1600) memperoleh kesimpulan lebih jauh lagi yaitu :

1. Alam raya ini tak ada batasnya.

2. Bintang-bintang tersebar diseluruh ruang angkasa.

Karena keberaniannya mengungkapkan pendapat yang bertentangan dengan penguasa waktu itu, maka ia dianggap kemasukan setan lalu dibakar sampai mati. tahun 1600.

Ahli Astronomi lain yang juga penting dicatat adalah Johannes Kepler (1571-1630). Ia mengungkapkan pendapatnya bahwa :

1. Planet-planet beredar mengelilingi matahari pada suatu garis edar yang berbetuk elips dengan suatu fokus.

2. Pangkat dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet mengelilingi matahari secara penuh adalah sebanding dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata planet itu terhadap matahari.
Perlu dicatat pula orang besar bernama Galileo (1564-1642).

Orang Italia ini dnegan berani mengumumkan penemuannya, dengan teleskop nya yang mutakhir pada saat itu, yang bertentangan dengan pandangan penguasa. Ia membenarkan teorinya Copernicus tentang heliosentrisme yang jelas bertentangan dengan ajaran agama saat itu yang homosentris atau geosentris.

Lebih jauh ia menemukan bahwa ada empat buah bulan yang mengelilingi jupiter. Ia juga menemukan adanya gunung-gunung di bulan. Suatu bintik hitam di matahari yang snagat penting untuk menghitung kecepatan rotasi matahari. kelompok taburan bintang yang ia sebut Milky Way atau bima sakti terdiri dari bermilyar bintang dan yang sangat menakjubkan adalah ditemukannya cincing saturnus.

Dari Copernicus sampai Galileo dapat kita anggap sebagai permulaan abad ilmu pengetahuan modern yang menempatkan suatu kebenaran berdasarkan induksi atau eksperimentasi.

Rabu, 05 Mei 2010

Rasa Ingin Tahu

Tetapi yang menakjubkan adalah bahwa mereka telah mengenal ekliptika atau bidang edar matahari, dan telah menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar kembali ke tempat semula, sama dengan 362,25 hari.

Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan perbintangan juga berasal dari zaman Babylonia ini. Masyarakat waktu itu, bahkan mungkin masih ada pada masa kini, dapat menerimanya. Pengetahuan yang mereka peroleh dari kenyataan pengamatan dan pengalaman tidak dapat digunakan untuk memecahkan masalah hidup sehari-hari yang mereka hadapi.

Contoh :

Suatu saat hasil pertanian mereka tidak memuaskan namun pada saat yang lain baik sekali. Mereka sendiri tidak memahami mengapa demikian. Pengetahuan mereka belum dapat menjawab mengapa hal itu terjadi maka mereka percaya pada mitos, dan dikaitkan nasib itu pada bulan, matahari, dan bintang-bintang.

Pengetahuan perbintangan pada masa itu memang sedang berkembang. Kelompok bintang atau rasi scorpio, virgo, pisces, leo, dan sebagainya yang masih kita kenal pada zaman sekarang ini, berasal dari zaman Babylonia. Pengetahuan ajaran orang-orang Babylonia itu setengahnya memang berasal dari hasil pengamatan maupun pengalaman namun setengahnya berupa dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos. Pengetahuan seperti ini dapat disebut sebagai “pseudo science” artinya mirip sains tapi bukan sains.


Suatu pola berfikir yang satu langkah lebih maju daripada mitos ataupun pseudo science tersebut di atas ialah penggabungan antara pengamatan, pengalaman, dan akal sehat atau rasional.

Contoh : ajaran orang-orang Yunani pada 600-200 SM.

Sebagai tonggak sejarah dapat disebutkan disini seorang ahli pikir bangsa Yunani bernama Thales (624-548 SM), seorang astronom yang juga ahli dibidang matematika dan tehnik. Beliaulah yang pertama berpendapat bahwa bintang-bintang mengeluarkan cahayanya sendiri sedangkan bulan hanya sekedar memantulakan cahayanya dari matahari.

Ia juga berpendapat bahwa bumi merupakan suatu piring yang datar yang terapung di atas air. Dialah orang yang pertama mempertanyakan asal usul dari semua benda yang kita lihat di alam raya ini. Ia berpendapat bahwa adanya beranekaragamnya benda di alam ini sebenarnya merupakan gejala saja bahan dasarnya amat sederhana. Bahan dasar tersebut membentuk benda-benda beraneka ragam itu melalui suatu proses, jadi tidak berbentuk begitu saja.

Pendapat tersebut di atas sungguh merupakan perubahan besar dari alam pikiran manusia pada masa itu. Masa itu orang-orang beranggapan bahwa aneka ragam benda di alam itu diciptakan oleh dewa-dewa seperti apa adanya.

Karena kemampuan berfikir manusia semakin maju dan disertai juga oleh adanya perlengkapan pengamatan, misalnya berupa teropong bintang yang mungkin sempurna, maka mitos dengan berbagai legendanya makin ditinggalkan. Manusia makin cenderung menggunakan akal sehat atau rasionya.

Orang-orang Yunani lainnya yang patut dicatat pemberi iuran kepada perubahan pola berfikir masa itu antara lain :

1) Pythagoras (500 SM). Terkenal dibidang matematika.
Kita kenal seperti sekarang yaitu “dalil Pythagoras” (tentang segitiga siku-siku)
C2 = a2 + b2
Jumlah sudut suatu segitiga 180o
a + b + c = 180o
Tentang unsur dasar ia tentang alam semesta, Pythagoras berpendapat bahwa berpendapat : ada 4 bentuk yaitu; tanah, api, udara dan air. Tentang alam semesta, Pythagoras berpendapat bahwa bumi ini bulat dan berputar; karena berputar maka nampaknya seolah-olah alam berputar mengelilingi bumi.

2) Demokritos (460-370 SM).

Tentang unsur-unsur dasar ia berpendapat bahwa apabila suatu benda dipecah dan dibagi terus menerus pada suatu saat sampailah pada bagian yang terkecil dari benda itu. Bagian terkecil dari benda itu yang tak dapat dibagi-bagi lagi disebut atomos atau atom. Karena kecilnya, maka tidak tampak oleh mata.


3) Aristoteles (348-322 SM).

Tentang unsur dasar ia menyebutkan adanya zat tunggal. Zat tunggal ini dapat berubah-ubah bentuk tergantung kondisinya, yaitu menjadi bentuk tanah, air, udara atau api (transmutasi). Adnya transmutasi ini disebabkan oleh keadaan dingin , lembab, panas dan kering.
• dalam kondisi lembab dan panas bentuk udara
• dalam kondisi panas dan kering bentuk api
• dalam keadaan kering dan dingin bentuk tanah
• dalam keadaan dingin dan lembab bentuk air
Beliau berpendapat pula bahwa apabila disuatu tempat tidak ada apa-apanya (benda) disitu ada sesuatu yang imaterial yaitu ether. Ia tidak percaya adanya hampa udara.

Ajarannya yang penting adalah suatu pola berfikir dalam memperoleh kebenaran berdasarkan logika..
Contoh :
• semua benda jika dipanaskan dalam keadaan kering akan berubah menjadi api (1).
• kayu adalah benda (2).
• kayu jika dipanaskan dalam keadaan kering akan berubah menjadi api (3).
1. disebut premis mayor yaitu sesuatu yang berlaku umum.
2. premis minor yaitu sesuatu yang khusus.
3. kesimpulan.


Kesimpulan ditarik dari sesuatu yang umum menuju kepada yang khusus. Cara ini dikenal sekarang sebagai metode deduksi.

4) Ptolomeus (127-151).

Orang besar 450 tahun setelah Aristoteles. Beliau berpendapat bahwa bumi adalah pusat dari jagat raya, berbentuk bulat, diam setimbang tanpa tiang penyangga. Bintang-bintang menempel tetap pada langit dan berputar mengelilingi bumi sekali dalam 24 jam. Planet beredar melalui orbitnya sendiri terletak antara bumi dan bintang.

Senin, 05 April 2010

Rasa Ingin Tahu

Rasa Ingin Tahu

Ilmu pengetahuan alam itu bermula dari rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu ini merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang alam sekitarnya, benda-benda di sekelilingnya, gunung, awan, bulan, bintang, dan matahari yang dipandangnya dari jauh, bahkan ia ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu itu untuk memenuhi kebutuhan fisik, mempertahankan kelestarian hidupnya, dan untuk kebutuhan nonfisik, kebutuhan alam pikirannya.

Tumbuh-tumbuhan menunjukkan tanda-tanda kehidupan, bertumbuh dan bergerak namun gerakan itu terbatas pada mempertahankan kelestarian hidupnya yang bersifat tetap. Misalnya: daun-daun yang selalu cenderung untuk mencari sinar matahari atau akar-akar yang selalu cenderung mencari air yang kaya mineral untuk kebutuhan hidupnya. Hal ini berlangsung sepanjang zaman.

Hewan menunjukkan adanya kehendak berpindah dari satu tempat ke tenpat lain. Contoh : urung-burung bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain di dorong oleh suatu keinginan yaitu rasa ingin tahu apakah disana ada cukup makanan atau ingin tahu apakah di suatu tempat cukup aman untuk membuat sarang. Setelah mengadakan peninjauan (eksplorasi), burung itu menjadi tahu. Itulah “pengetahuan” dari burung itu. Burung juga memiliki “pengetahuan” bagaimana caranya membuat sarang di atas pohon. Tetapi pengetahuan itu ternyata tidak berubah dari zaman ke zaman. Burung pipit dari dulu hingga sekarang membuat sarang yang sama tak pernah berubah.


Rasa ingin tahu dan pengetahuan dari hewan yang tetap sepanjang zaman itu disebut naluri (insting). Naluri ini brpusat pada satu hal saja yaitu untuk mempertahankan kelestarian hidupnya. Untuk itu mereka perlu makan, melindungi diri dan berkembang biak.

Manusia memiliki naluri seperti yang dimiliki hewan. Tetapi manusia memiliki kelebihan yaitu kemampuan “berfikir” dengan kata lain ingin tahu tentang “apa”, juga ia ingin tahu “bagaimana” dan “mengapa” begitu. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikaitkan/ dikombinasikan dengan pengetahuannya yang baru menjadi pengetahuan yang lebih baru. Hal yang demikian ini berlangsung terus berabad-abad lamanya, sehingga terjadi suatu akumulasi pengetahuan.


Contoh :

manusia purba zaman dahulu yang hidup di gua-gua atau di atas pohon. Oleh karena kemampuannya berfikir yang tidak semata-mata didorong oleh sekedar kelestarian hidupnya tetapi juga untuk membuat hidupnya lebih menyenangkan, maka meraka mampu membuat rumah dia atas tiang-tiang kayu yang kokoh.

Bahkan sekarang manusia mampu membuat istana ataupun gedung-gedung pencakar langit dibandingkan dnegan harimau yang hidup di gua-gua atau monyet yang membuat sarang di atas pohon, tidak mengalami perubahan sepanjang zaman.


Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. Pengetahuan manusia berkembang sampai kepada hal-hal bercocok tanam, menyangkut keindahan dan sebagainya.

Mitos dan Perkembangan Alam Pikiran Manusia

Manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhan fisiknya, tetapi juga ingin memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya. Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terjawab atas dasar pengamatan maupun pengalamannya. Untuk memuaskan alam pikirannya, manusia membuat atau mereka-reka sendiri jawabannya.

Contoh:

• Apakah pelangi itu ?

Karena tak dapat dijawab, mereka meraka-reka dengan jawaban bahwa pelangi adalah “selendang bidadari”. Muncul pengetahuan baru, yaitu “bidadari”.

• Mengapa gunung meletus ?

Karena tak tahu jawabannya, maka di reka-reka sendiri dengan jawaban “yang berkuasa dari gunung sedang marah”. Muncul pengetahuan baru, yaitu yang disebut “yang berkuasa”.

Dengan menggunakan jalan pikiran yang sama, muncul anggapan “yang berkuasa di dalam hutan yang lebat, sungai yang besar, pohon yang besar, matahari, bulan, kilat, raksasa yang menelan bulan pada saat gerhana bulan. Pengetahuan ini di terima sebagai kepercayaan masyarakat.


Pengetahuan-pengetahuan baru yang bermunculan dan merupakan gabungan dari pengamatan, pengalaman dan kepercayaan itu disebut mitos. Adapun cerita yang berdasarkan atas mitos ini disebut “legenda”.

Mitos ini timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat indera manusia.

Misalnya :

1) Penglihatan :

Banyak benda-benda bergerak begitu cepat sehingga tak tampak oleh mata. Mata tak dapat membedakan seluruh gambar yang berbeda dalam satu detik. Mata tak mampu melihat partikel atau jauhnya benda.

2) Pendengaran :

Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai dengan 30.000 perdetik. Getaran dibawah 30 atau di atas 30.000 perdetik tak terdengar.

3) Bau dan rasa :

Bau dan rasa tidak dapat dipastikan benda yang dikecap maupun diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan empat jenis rasa, yaitu : rasa manis, masam, asin, dan pahit.

Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita jika konsentrasinya di udara lebih dari 1/10 juta dari udara. Bau dapat membedakan satu benda dengan benda yang lain, namun tidak semua orang bisa melakukannya.

4) Alat perasa :

Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin, namun sangat relatif, sehingga tidak dapat dipakai sebagai alat observasi yang tepat.

Alat-alat indera tersebut di atas sangat berbeda antara manusia : ada yang sangat tajam penglihatannya ada yang tidak. Demikian pula ada yang tajam penciumannya ada yang lemah. akibat dari keterbatasan alat indera kita maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran.

Untuk meningkatkan ketepatan alat indera tersebut dapat juga orang dilatih untuk itu, tapi tetap sangat terbatas. Usaha-usaha lain adalah menciptakan alat, meskipun alat yang diciptakan ini masih mengalami kesalahan. Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut.

Jadi mitos ini dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena :

a) Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik langsung maupun dengan alat.

b) Keterbatasan penalaran.

c) Hasrat ingin tahunya terpenuhi.

Hasrat ingin tahunya berkembang terus dan mitos merupakan jawaban yang paling memuaskan pada masa itu. Puncak hasil pemikiran seperti itu yaitu pada zaman Babylonia ±700-600 SM. Alam semesta menurut pendapat mereka waktu itu adalah berupa suatu ruangan atau selungkup. Bumi datar sebagai lantainya dan langit-langit melengkung di atas sebagai atapnya. Bintang-bintang, matahari dan bulan menempel dan bergerak pada permukaan dalam langit. Pada atap ada semacam jendela dimana air hujan dapat sampai ke bumi.


Jumat, 05 Maret 2010

MENGENAL IPA

c. Ciri-ciri tingkah laku manusia :

Walaupun manusia cerdas (mempunyai otak besar) kalau hidup sebagai individu tersendiri dia tidak akan berdaya. Suatu ciri khas manusia juga adalah hidup bersama-sama membentuk suatu masyarakat. Sifat bermasyarakat pada manusia ini terbanyak beasal dari keadaan bahwa manusia memerlukan waktu lama untuk menjadi dewasa. Anak manusia selama beberapa tahun bergantung kepada orang tuanya, menjamin anak itu untuk dapat menjalin hubungan hidup bersama secara bermasyarakat. Selama itu orang dewasa dapat mendidik anaknya dan anak dapat belajar. Pengalaman generasi ini dapat diteruskan ke generasi berikutnya. Dengan pengalaman serta penemuan yang menjadi pengetahuan, terkumpul dalam kelompok ini dan memungkinkan timbulnya kebudayaan.

Pemindahan ilmu pengetahuan bergantung kepada komunikasi antar individu. Manusia dapat mengadakan komunikasi melalui isyarat dalam hal ini adalah bahasa. Bahasa adalah dasar kemuanusiaan dasar prestasi manusia. Tetapi kita tak mengetahui kapan manusia mulai berbicara; tidak ada keterangan mengenai bagaimana bahasa itu dimulai. Berbicara adalah suatu ciri dasar tingkah laku manusia.


Dari ciri struktur maupun ciri fisiologinya memungkinkan timbulnya ciri-ciri tingkah laku yang khas bagi manusia sebagai Mamalia yang paling utama. Ciri-ciri tingkah lakunya itu nampak pada sifat-sifat manusia umumnya.

Adapun sifat-sifat manusia itu sebagai berikut :

1) Berfikir :

a. Manusia itu pada umumnya berfikir egosentris.
Artinya pikirannya senantiasa berfikir kepada kepentingan manusia.
Contoh : Menebang hutan, membuat jalan, membuat industri semuanya demi kepentingan manusia.

b. Berbudaya: Akibat berfikir, manusia mempunyai kebudayaan. Kebudayaan berpengaruh terhadap manusianya sendiri.

c. Senang belajar : karena senang belajar, mengakibatkan adanya pendidikan. Pendidikan berpengaruh besar terhadap manusianya sendiri.

d. Bermasyarakat : berbeda dengan masyarakat hewan yang merupakan tingkah laku bawaan, masyarakat manusia berlandaskan tingkah laku yang kebanyakan telah dipelajarinya. Bentuk masyarakat mempengaruhi manusiaya sendiri secara timbal balik.

Contoh: Pendidikan mempengaruhi kedudukan dalam masyarakat, mempengaruhi penghasilan, mempengaruhi pandangan masyarakat, jadi mempengaruhi manusianya sendiri.

Cara berkomunikasi antara sesama dan kemampuan manusia berbahasa, menyebabkan manusia menjadi mahluk utama di dunia.


2) Manusia mempunyai kebutuhan makan :

Untuk keperluan hidupnya manusia memerlukan makanan. Makanan berpengaruh terhadap : pertumbuhan, perkembangan dan pembiakan. Gizi makanan mempengaruhi kesehatan, kecerdasan, cara kerja, kebudayaan, manusia, keluarga, ras, bangsa dan lain-lain.


3) Ingin panjang umur :

Akibat sifat ini, manusia itu selalu ingin sehat, mengatasi penyakit, membatasi kerja terlalu keras, mencegah kelaparan.

4) Suka berteduh :

Akibatnya manusia memakai pakaian. Macam pakaian dipengaruhi oleh iklim, selera masyarakat dan bahan yang tersedia. Sedangkan cara berpakaian berpengaruh terhadap kesehatan.

5) Suka mencari kesenangan hidup atau kebahagiaan :

Contoh : rekreasi, kesenian, kosmetika, dan sebagainya.

6) Ingin mempunyai keturunan.

Bagaimana naluri kehidupan manusia ?

Dibanding dengan hewan yang juga banyak yang hidup bermasyarakat, misalnya: serangga, maka masyarakat manusia itu berlandaskan tingkah laku yang kebanyakan telah dipelajari. Sedangakn masyarakat serangga atau hewan lain itu berlandaskan tingkah laku yang bersifat bawaan, yang terulang secara turun temurun dan ini disebut naluri. Menurut Wildan Yatim (1974:333) dikatakan bahwa: naluri (instinct) adalah sikap yang dibawa turun temurun, tak berubah-ubah dan berperan untuk memlihara kelangsungan hidup sesuatu individu di alam.


Segala macam ciri kehidupan dijalani secara naluri. Makan, bernafas, bergerak, berlindung dan berbiak adalah naluri. Setiap mahluk termasuk manusia sebenarnya memiliki naluri. Mahluk yang mempunyai kecerdasan yakni yang bisa belajar, memikirkan, memecahkan masalah dan memperbaiki sikap-sikap meniru (stereotip) seperti manusia, akan dapat menekan sikap asli (naluri) nya sampai batas-batas tertentu yang mungkin lebih menguntungkan. Sampai batas-batas tertentu, karena setiap mahluk tak akan mungkin dapat meninggalkan sama sekali pembawaan naluri.

Contoh:

• Naluri makan tidak mungkin ditekan dan ditinggalkan. Namun waktu makan dapat diatur.

• Naluri masyarakat manusia telah berkembang oleh karena kemampuan berfikir dan belajarnya.

• Naluri berlindung pada manusia menyebabkan meraka membuat jaket wool, rumah bertingkat, membuat senjata dan lain-lain.

Inilah keunikan manusia, yang menyangkut jasmaninya yang telah berkembang yang memungkinkan penyesuaian fisiologi serta terbentuk sikap atau tingkah laku manusia dan prestasinya yang agak berlainan dengan hewan. Tentunya berkat kemampuan dan kecakapannya yang tinggi.

Jumat, 05 Februari 2010

MENGENAL IPA

a. Ciri Struktur Tubuh Manusia :

Struktur tubuh yang mempengaruhi struktur funsi dan tingkah laku manusia, yaitu :
1. Sikap tubuhnya yang tegak, kaki yang mempunyai lekukan besar pada telapak kaki dengan ibu jari yang sebidang letaknya dengan jari – jari lainnya, memungkingkan tubuh manusia mampu berdiri, berjalan dan berlari tegak pada kedua kakinya.

2. Lengan (kaki depan hewan) lebih pendek dari pada kaki (kaki belakang hewan), sehingga dapat digunakan dengan bebas untuk mengerjakan atau membawa sesuatu. Ibu jari tangan berkembang sedekian rupa hingga dapat dipertemukan dengan jari – jari lainnya, karena itu mampu memegang, membuat alat.

3. Kepala terletak pada tulang belakang demikian rupa, sehingga memungkinkan untuk dapat melihat lurus kedepan kalau berdiri tegak.

4. Otak manusia relatif besar. Manusia kini mempunyai volume otak sebesar 1200 – 1500 cc, sedangkan rongga otak simpanse ± 350 – 450 cc. Walaupun tidak ada hubunngan mutlak antara besarnya otak dengan kecerdasan, tetapi tidak dapat disangkal bahwa otak manusia mempunyai kemampuan besar untuk belajar.


1) Gigi dan otot rahang tidak mengalami pertumbuhan yang kuat, karena manusia telah menemukan dan membuat alat untuk mempertahankan diri dan untuk menghancurkan makanannya.

Dengan modifikasi atau perkembangan struktur tubuh manusia ini dapat memberi gambaran batas-batas kemampuan jasmani manusia. Ternyata kemampuan jasmani manusia jauh dibawah kemampuan jasmani hewan-hewan lain.

Contoh :

1) Manusia tidak dapat bergerak/lari cepat dibanding dengan macan, kijang, kuda atau hewan-hewan besar lainnya.

2) Manusia tidak dapat berenang cepat seperti ikan paus, lumba-lumba.

3) Panca indera penciuman manusia tidak tajam atau kurang berkembang seperti kucing, anjing.


4) Pendengaran juga kurang berkembang seperti pada tikus dan kelelawar yang pendengarannya lebih halus.


Dengan kekurangannya itu manusia dapat mengatasinya dan mengimbangi dengan kecakapan yang lebih tinggi diberbagai lapangan dibanding dengan hewan-hewan tadi. Oleh karena kecakapannya yang tinggi ini, manusia dapat menggunakan alat inderanya yang paling sempurna, yaitu alat penglihat dengan sebaik-baiknya. Manusia dapat menafsirkan rangsang yang diterimanya dan ia mempunyai pilihannya yang tak terhingga banyaknya dalam mengadakan reaksi yang tepat serta prestasi yang tinggi terhadap apa yang dilihatnya. Dapat membuat alat/perkakas dan menggunakannya.

b. Ciri-ciri fisiologi :

Secara umum ciri fisiologi manusia tidak banyak berbeda dari Mamalia lainnya terutama primates. Beberapa ciri fisiologi yang berpengaruh pada tingkah laku manusia antara lain :

1) Manusia tidak mempunyai musim bereproduksi (berbiak). Kegiatan reproduksi dapat terjadi setiap saat sepanjang tahun, sehingga kelahiran anak dapat terjadi pada bulan yang berbeda dalam setahun.

2) Umur manusia relatif lebih panjang dibanding umur hewan mamalia pada umumnya. Hal ini karena manusia mempunyai kemampuan merawat dan melindungi dirinya dnegan sangat baik.


3) Manusia mempunyai perkembangan dan pertumbuhan yang lambat. Setiap kelahiran anak manusia dalam keadaan yang tidak berdaya, memerlukan waktu yang cukup panjang untuk dapat berdiri sendiri atau menjadi dewasa. Sejak lahir, anak manusia bergantung pada orang dewasa (orang tuanya), memerlukan perawatan dan perlindungan beberapa tahun lamanya. Dengan demikian secara pasti dapat menjalin hubungan hidup bersama secara bermasyarakat.


Selasa, 05 Januari 2010

MENGENAL IPA

MENGENAL IPA

Manusia dan Perkembangan Tubuh serta Alam Pikirannya
Manusia sebagai Makhluk yang Unik

(Sifat – sifat Unik Manusia : Jasmani dan Naluri Kehidupannya)

Menurut klasifikasi (Biosistematik), manusia tergolong dalam Dunia Hewan. Kalau tubuh manusia dibedah, maka pada bagian dalam tubuhnya ditemui alat – alat (organ) tubuh, seperti : jantung, hati, paru – paru, usus dan lain – lain yang tidak banyak berbeda dengan yang dimiliki hewan lain (misalnya: kucing, kera, dll). Demikian pula kalau kita mempelajari sistem pernafasan, pencernaan makanan, peredaran darah, persarafan dan fisiologis organ – organ lainnya, pada prinsipnya sama seperti yang terdapat pada hewan.

Manusia digolongkan dalam Vetebrata, Kelas Mamalia, karena mempunyai ciri – ciri: mempunyai tulang belakang, tubuhnya mempunyai rambut, menyusui anaknya, mempunyai empat anggota gerak. Bagian – bagian anatomi manusia dengan kera sangat serupa, oleh karena itu mereka dimasukkan kedalam satu golongan yaitu Ordo Primates (Primata).
Kedudukan manusia dalam klasifikasi adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Primates
Subordo : Anthropoidea
Superfamili : Hominoidea
Famili : Hominidae
Species : Homo sapiens


Meskipun terdapat banyak persamaan struktur dan fungsi organ tubuh manusia dengan hewan ini, namun dalam banyak hal manusia sangat berbeda dengan hewan, sehingga kita dapat mengatakan bahwa manusia sebenarnya tidak dapat disebut hewan, tetapi suatu makhluk jenis baru. Tetapi kalau diteliti lebih lanjut, ternyata perbedaan – perbedaan itu tidaklah dalam anatomi atau fisiologi melainkan terutama dalam tingkah laku dan prestasi. Jadi perbedaanya terletak pada cara hidup manusia yaitu disebut kebudayaan. Sebagaimana pula oleh Daryono Sutoyo dikemukakan bahwa perbedaan antara manusia dengan hewan itu terletak pada beberapa hal, antara lain berikut ini :

- kelakuan atau tingkah laku manusia dapat berubah – ubah
- kemampuan untuk mempengaruhi atau mengubah lingkungan pada manusia adalah lebih besar
- manusia membentuk kebudayaan, sedangkan pada hewan boleh dikatakan tidak mengenal kebudayaan (Daryono Sutoyo:3).
Jelas disini bahwa bagi manusia terdapat lingkungan abiotik dan lingkungan biotik, juga terdapat lingkunngan kebudayaan (agama, adat – istiadat, hasil – hasil teknolgi).

Atas dasar ini maka dalam mempelajari biologi manusia dianggap sebagai hewan, tidaklah mudah untuk memisahkan manusia sebagai hewan dengan manusia budaya. Contoh : manusia membutuhkan makanan seperti halnya hewan, tetapi apa yang dimakan (nasi, roti, ikan, daging dan sebagainya) bergantung kepada sikap budayanya dan tidak begitu banyak bergantung kepada nilai gizi makanan tersebut. Dalam mempelajari manusia terdapat daerah perpautan yang luas antara biologi dan ilmu pengetahuan sosial.
Setiap species mempunyai ciri – ciri khas yang meliputi:
- Ciri – ciri struktur;
- Ciri – ciri fisiologis;
- Ciri – ciri tingkah laku.

Walaupun diantara individu dalam species manusia banyak terdapat keanekaragaman, species manusia dapat dibedakan dengan jenis dari hewan yang paling menyerupai yaitu dari Primates besar bedanya.

Jadi dilihat dari ketiga ciri khas yaitu struktur tubuh, fisiologis dan tingkah lakunya manusia mencapai berbagai kemampuan dan kecakapan yang melebihi hewan mamalia lainnya terutama Primates. Manusia telah mengalami modifikasi struktur tubuh sehingga dapat memberikan ciri fisiologi atau fungsi dan kemampuan jasmani maupun ciri tingkah lakunnya tersendiri, yang dapat mengatasi masalah serta penyesuaian dalam hidupnya.