Senin, 05 Desember 2011

Pembelajaran MIPA Berbasiskan Budaya

Oleh: Muhamad Ikhsan

MIPA dikenal sebagai suatu bidang yang harus dipelajari di sekolah. Memang disadari kalau MIPA sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Kemajuan MIPA akan berdampak bagi kemajuan transformasi masyarakat yang juga berhubungan dengan ekonomi dan sosial suatu bangsa.

Namun kenyataannya, belajar MIPA sebagai sesuatu yang membosankan. Bikin pusing karena harus menghapal rumus-rumus yang panjang-panjang sedangkan belum tahu gunanya untuk apa.

Memang, kegiatan pembelajaran MIPA beberapa daerah (bahkan beberapa negara) hanya mengajarkan asumsi-asumsi saja yang akhirnya melahirkan siswa yang tidak memiliki pemahaman dan pengertian tentang manfaat MIPA bagi kehidupannya. Siswa hanya menghapal rumus, istilah-istilah tanpa tahu guna dan aplikasinya di lingkungannya. Ruang belajar pun menjadi sempit karena hanya pada ruang kelas. Siswa dicetak mampu mengukur laju kecepatan pesawat, bahkan mampu memprediksi kapan pesawat tersebut akan jatuh, tapi itu hanya di dalam ruang kelas, karena ketika melihat pesawat, hilang dan lupa semua rumus yang pernah dihapalkannya luar kepala.

Sehingga perlu ada sebuah pembelajaran MIPA berbasis budaya dimana siswa didorong untuk dapat memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitarnya, sebagai titik awal proses penciptaan makna.

Vygotsky (2000) dalam teori konstruktivismenya menjelaskan perlu adanya peran budaya dan masyarakat sebagai pengalaman awal proses belajar. Selanjutnya, Vygotsky juga menjelaskan penciptaan makna hanya akan terjadi melalui negosiasi makna antara siswa dengan guru dan siswa yang lain yang disebut dengan interaksi. Dengan demikian pembelajaran MIPA berdasarkan budaya memerlukan interaksi aktf dari siswa – guru dengan berbagai sumber belajar dalam suatu komunitas budaya.

Akhirnya pembelajaran MIPA berdasarkan budaya mensyaratkan adanya perubahan tradisi pembelajaran yang semula hanya dilakukan dengan satu metode saja yaitu DECAPA (Dengar, Catatat, Hapal) menjadi tradisi mengeksplorasi berbagai sumber belajar dalam suatu komunitas budaya.

Bisa saja misalnya belajar MIPA sambil memasak, atau belajar MIPA dengan menggunakan metode permainan anak-anak, atau mungkin dengan musik. Bergantung dengan konteks dan keberagaman sumber belajar yang ada.

Pertanyaan besar adalah bagaimana proses evaluasi pembelajarannya. Konsep penilaian hasil belajar pembelajaran MIPA berdasarkan budaya adalah multiple representations yang berarti hasil belajar siswa dinilai melalui beragam teknik dan alat ukur, siswa pun mengekspresikan keberhasilannya dalam berbagai bentuk. Misalnya, banyak siswa yang takut menghadapi tes, tetapi sangat baik dalam mengarang atau menulis prosa, atau bahkan dalam menggambar kartun/komik.

Siswa diberi kebebasan dalam mengekspresikan hasil kegiatan belajarnya tersebut. Sebelumnya guru memang harus mengetahui titik awal ketika belajar dan titik akhir belajar (sehingga perlu adanya pre-test dan post-test) setiap siswa per individu.

Sementara itu, upaya siswa menunjukkan keberhasilannya dalam proses penciptaan makna tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara wujud media. Misalnya dengan poster, puisi, lukisan, komik strip, catatan harian, laporan ilmiah penelitian pribadi, ukiran, patung, dan lain-lain.

Penilaian selain dilakukan oleh siswa sendiri (self assessed), juga oleh siswa yang lain (peer) serta guru dengan berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan oleh guru. Misalnya penilaian berdasarkan pemahaman konsep (knowledge aquisition) MIPA, pencapaian dalam keterampilan (nurturant effect) serta penilaian artistik dari tiap karya (artistic assessement). Guru bersama dengan siswa dapat menetapkan kesepakatan dan kriteria yang dapat digunakan untuk menilai ragam perwujutan hasil belajar siswa.

Semoga, belajar MIPA tidak hanya menghapal dengar guru ceramah, catat dan hapal rumus tanpa tahu buat apa rumus itu dipakai.

Pustaka

• Constructivism (http://carbon.cudenver.edu/%7Emryder/itc_data/constructivism.html)

• Lev Vygotsky; Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Vygotsky)

• Vygotsky Resources (http://www.kolar.org/vygotsky/)

Rabu, 30 November 2011

Pembelajaran MIPA Berorientasi Pengembangan Soft Skills

Written by Hisna Cahaya, S.I.Kom



(Unila): Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) menyelenggarakan Seminar Nasional (Semnas) Pendidikan MIPA di Aula FKIP pada Sabtu (26/11) mulai pukul 08.00. Seminar ini mengusung tema “Pembelajaran MIPA berorientasi Pengembangan Soft Skills”.

Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., yang merupakan Ketua Pelaksana Kegiatan ini memaparkan dalam sambutannya tentang kondisi keilmuan MIPA di Indonesia. Menurutnya, realita kondisi pendidikan MIPA di Indonesia bahwa pendidikan lebih berorientasi pada hard skills saja. Sementara soft skills sebenarnya menjadi muatan yang tak kalah penting.

Melalui pendidikan yang berorientasi soft skills, belajar ilmu pasti tidak sekedar akan mendapatkan ilmu pasti itu saja, akan tetapi mampu menangkap berbagai ilmu yang tersirat di baliknya. Misalnya ketika belajar berhitung, sesungguhnya siswa juga dapat lebih belajar tentang ketelitian serta kesabaran.

Semnas yang dihadiri oleh sekitar 200 orang dari kalangan dosen, guru maupun mahasiswa ini mengundang dua pembicara yaitu Prof. H. Yaya S. Kusumah, M.Sc., Ph.D., dan Prof. Dr. Anna Permana Sari, M.Si. Keduanya merupakan guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Yaya S. Kusumah membawakan makalah yang berjudul Literasi Matematis dan Anna Permana Sari membawakan makalah berjudul Pembelajaran Sains: Wahana Potensial untuk Membelajarkan soft skill dan karakter. Semnas dengan kedua keynote speaker tersebut berlangsung hingga siang hari.

Kegiatan tersabut berlanjut dengan seminar paralel yang diisi oleh para dosen, guru, dan mahasiswa yang memiliki penelitian terkait. Terdapat 36 pemakalah yang berasal dari seluruh Indonesia.

Seperti makalah yang dibawakan oleh seorang mahasiswi Pendidikan Fisika Unila, Risa Hartati serta kedua dosen pembimbingnya yaitu Undang Rosidin dan Eko Suyanto yang berjudul “Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan Minat, Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa”.

Menurut Risa, penelitian ini memaparkan tentang pemanfaatan media TIK dengan menerapkan pendekatan pembelajaran konstruktivisme untuk pembelajaran Fisika. Penelitian yang mengambil studi pada siswa kelas XI IPA 6 SMA YP Unila ini memperlihatkan bahwa minat, aktivitas, dan hasil belajar siswa dapat meningkat dengan menggunakan media pembelajaran tersebut.

Menurut Risa, pembelajaran berorientasi pada soft skills sangat penting karena siswa tidak hanya sekedar dapat menyelesaikan hitungan yang telah diketahui rumusnya. Akan tetapi, juga dapat menemukan rumus tersebut melalui fenomena yang ada, sehingga siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri.

Menurut Sri Hastuti, bahwa penelitian yang tertuju pada pengembangan softs kills seperti model pembelajaran, metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran, sebenarnya telah banyak dilakukan oleh dosen maupun guru. Akan tetapi hal tersebut belum tersosialisasi dengan baik.

“Harapan kami selaku panitia penyelenggara, seminar ini dapat benar-benar dijadikan kesempatan untuk mendeseminasi hasil-hasil penelitian dosen maupun mahasiswa yang berhubungan dengan pembelajaran MIPA yang berorientasi pada soft skills. Sehingga penelitian tersebut tidak hanya untuk yang bersangkutan, akan tetapi juga dapat diketahui oleh seluruh peserta seminar maupun pihak lain,” tutup Sri Hastuti. [Atika]

Selasa, 18 Oktober 2011

Membangun Lembah Silikon Cara India III


- Albert Weldison -

Resep sukses India membangun kota digital, menurut Seurebh Kumar, staf Kedubes India di Jakarta, pertama, sudah lama India membangun semacam center of excellence di dunia pendidikan. Dunia TI merupakan salah satu prioritasnya, antara lain dengan memperbanyak pusat unggulan serta mengirim mahasiswa sebanyak-banyaknya ke AS, "tanah leluhur" TI.

Kedua, para insinyur TI India yang pada 1980-an hingga awal 1990-an menyemuti perusahaan dan universitas di AS atau Eropa kini pulang kampung bekerja sebagai profesional atau berwirausaha. Ketiga, industri TI bukan termasuk industri padat modal, tapi knowledge based industry. Dan, tak kalah penting, kemampuan berbahasa Inggris. "Anda tahu, literatur ilmu teknik dan komputer semuanya menggunakan bahasa Inggris. Dan hampir semua kaum terdidik di India berbahasa Inggris," kata Kumar.

Dewang Mehta mengungkapkan, India punya sekitar 100 ribu profesional komputer di AS. Hotmail, Cyrus Logic dan Computer Associates adalah produk profesional India yang bekerja di AS. Pemerintah India memang menyadari besarnya peran industri TI di masa depan. Pembentukan Kementerian Teknologi Informasi tahun lalu oleh PM Vajpayee, salah satu contohnya.

Soal dana? Sejak Juni lalu, BankExim India mengucurkan dana buat pengusaha TI baru atau perluasan usaha. Sejak Juni lalu pula, Pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan baru yang kondusif bagi perkembangan industri TI. Antara lain, kepemilikan saham oleh karyawan perusahaan TI, pemotongan monopoli di bidang Internet Service Provider (ISP) dan link satelit Internet.

Perhatian modal ventura, yang selalu diserukan Sabeer Bhatia (pendiri Hotmail e-mail service), juga besar artinya bagi perkembangan industri TI di India. Dalam orasinya tahun lalu, Bhatia menyarankan agar Pemerintah perlu mempromosikan modal ventura kalau mau membawa industri TI India ke jenjang yang lebih tinggi.

Bhatia mendasarkan pengalamannya di Silicon Valey yang mendapat dukungan penuh dari modal ventura. Seruannya tampaknya membuahkan hasil. Sejak Agustus lalu, modal ventura India ramai-ramai membiayai industri TI dengan skema kepemilikan saham.

Pakar TI dari Institut Teknologi Bandung Onno W. Purbo mengakui kehebatan orang India di bidang matematika dan ilmu-ilmu eksakta. "Sistem pendidikan mereka lebih bagus dibanding kita," katanya. Dibuka seluas-luasnya modal asing, tambah Onno, juga ikut memicu cepatnya perkembangan industri TI di India. "Indonesia bisa mencontoh India kalau mau maju.

Syaratnya, pendidikan dimajukan, terutama berkenaan dengan TI," ungkapnya seraya menambahkan, Pemerintah perlu pula mempermudah masuknya investor asing, menghapus pajak untuk barang-barang TI, serta menghapus monopoli di bidang TI. Adapun menurut Direktur Pengelola Detikcom Digital Life, Budiono Sudarsono, sukses India di industri TI sebenarnya bermula dari kesadaran bahwa dunia TI sebagai dunia ekonomi masa depan.


Itu sebabnya, Pemerintah India bersemangat mengirim anak-anak mudanya memperdalam TI ke AS dan Eropa. "Profesional di bidang TI tak kalah keren dibanding profesi akuntan atau lawyer beken sekalipun," katanya.

Kebalikannya adalah Pemerintah Indonesia. "Para pemain TI di negeri kita kebanyakan bermain sendiri, menciptakan aplikasi sendiri, memasarkan sendiri," cerita Budi. Kendati ada perhatian, seperti yang dilakukan terhadap ahli di Puspitek Tangerang, mereka menghadapi terbatasnya ruang gerak. Karena itu, sebagai lang- kah awal, Pemerintah perlu meninjau kembali peran Puspitek Tangerang. "Bila perlu di-BUMN-kan, agar mereka bisa menjual aplikasi yang telah mereka kerjakan," ujarnya. Tak kalah penting, sambung dia, monopoli Telkom dalam ISP perlu diakhiri, dan membiarkan investor asing masuk.

Minggu, 18 September 2011

Membangun Lembah Silikon Cara India II



- Albert Weldison -

Infosys -- produsen software ternama, penyedia jasa layanan Internet serta jaringan interkoneksi dan solusi Y2K di Bangalore -- adalah contoh paradigma baru itu. Perusahaan yang didirikan N.R. Narayana Murthy bersama 18 rekannya itu bahkan kini menjadi Silicon Plateau India. Kalau dilihat dari pendapatannya, memang masih terbilang kecil dibanding perusahaan lain. Tahun lalu, Infosys membukukan pendapatan US$ 131 juta. Adapun labanya hingga Maret tahun ini mencapai US$ 31 juta, padahal sepanjang tahun lalu laba bersihnya hanya US$ 10 juta. Kehebatannya, Infosys memperkenalkan sistem kerja modern yang dilakukan perusahaan TI kelas dunia. Ia telah listing di Nasdaq Stock Exchange bersanding dengan saham Microsoft, Cisco, IBM dan raksasa TI lainnya. Sejak listing Maret 1999, kapitalisasi pasarnya mencapai US$ 6,7 miliar.

Klien Infosys memang bukan sembarangan. Nordstorm, riteler besar AS, menggunakan produknya untuk meramal peta permintaan dan rencana pembelian barang. Infosys juga berhasil mengatasi Y2K com-pliance untuk Northwester Mutual Insurance dan raksasa supermar-ket Inggris Sainsburry. Nortel, salah satu raksasa telekomunikasi AS, juga menjadi kliennya. Lainnya? Nestle, Reebok dan Apple hanyalah sebagian kecil dari 144 kliennya di seluruh dunia. Untuk memperkokoh positioning-nya, Infosys kini memiliki 8 pusat pengembangan TI di India dan 13 kantor pemasaran di AS, Kanada, Jepang, Inggris dan Jerman.

Sang bos, Murthy, sangat menekankan aspek SDM. Seorang insinyur dibayar US$ 400/bulan (atau US$ 4.800/tahun) -- jauh di atas rata-rata pendapatan rakyat India yang US$ 370/tahun. Kepada karyawan juga diperkenalkan opsi kepemilikan saham perusahaan.

Wipro adalah nama sukses lain dari Bangalore. Pendiri sekaligus CEO Wipro, Azim Hasham Premij, oleh media massa setempat dijuluki "Bill Gates dari India". Wipro adalah kelompok usaha yang antara lain memproduksi sabun dan minyak sayur dengan kapitalisasi pasar sebesar US$ 4,1 miliar. Diilhami pengusiran IBM dari India pada 1977, divisi informasi perusahaan ini kemudian diperluas. Pada 1998, Wipro berhasil mengekspor 50 item software ke seluruh dunia dan membukukan penjualan US$ 1,8 miliar. Kini 80% keuntungan grup
disumbang oleh bisnis software.

Selain mengekspor software, Wipro juga mengerjakan solusi millennium bug guna memperbanyak klien baru. Wipro kini menjadi partner General Electric, sambil mengorganisasi perusahaan software India mengerjakan divisi Riset dan Pengembangan (R&D) pesanan Cysco System (AS), Alcatel (Prancis) dan Fujitsu (Jepang).

Kendati sudah besar, Wipro masih sering dicibir para analis. Yang diserang antara lain gemuknya struktur Wipro, karena menjalankan berbagai jenis usaha. Kritik ini tentu saja ditangkis Azam. Menurut dia, usaha yang terdiversifikasi bukan hambatan mengembangkan divisi TI yang selama ini terbukti tumbuh sangat pesat.

Satu hal yang harus diakui Wipro adalah ketertinggalannya dibanding Infosys dalam hal opsi kepemilikan saham. Sikap konservatif Azam harus berbayar mahal: beberapa tenaga andalnya beberapa waktu lalu hengkang dan mendirikan usaha sendiri. Untunglah Azam cepat tanggap. Sejak Juni lalu, dia mulai menerapkan skema pem- bagian keuntungan dan standar akunting internasional. Di Andhra Pradesh, revolusi industri TI dipelopori Chief Minister Chan- dranabu Naidu. Tempat ini telah dipilih Bill Gates sebagai negara pertama di luar AS untuk pembangunan fasilitas R&D Microsoft.

Guna mendukung ambisinya menjadikan negaranya sebagai Lembah Silikon India, tahun ini Naidu meluluskan 5 ribu ahli komputer dari Institute of Information Technology -- lembaga yang dibidani IBM, Microsoft dan Oracle untuk membangun jaringan antara univer- sitas di AS dan India. Belajar dari kelemahan Bangalore yang punya problem akses dan listrik, tahun ini Naidu melipatgandakan kapasitas listrik di Andhra Pradesh yang menelan investasi US$ 3 miliar. Naidu -- yang oleh rakyatnya dijuluki "pentium Premier" -- juga membangun infrastruktur lain seperti jalan, pelabuhan laut dan udara di Hyderabad (ibu kota Andhra Prades) dan Vishakhapatman. Cita-citanya, menjadikan negara bagian ini men- jadi wired city besar di India.

New Delhi juga punya New Delhi Institute Of Information Technology (NIIT). Rencana besar pendirinya, Rajendra Pawar, membeli perusahaan software AS yang memiliki jaringan pasar terbesar. Untuk ambisi besar ini, dia menyediakan dana tunai US$ 100 juta. "Tujuan utama saya adalah membangun positioning," ungkapnya.

Belakangan, NIIT tumbuh menjadi lembaga pelatihan TI terbesar di India. Ambisi besarnya itulah, kata Morgan Stanley Dean Winter, yang mendongkrak saham NIIT masuk dalam 20 saham terbaik di Asia dengan pertumbuhan earning per share sebesar 405 dalam 5 tahun ke
depan.

Kerja besar NIIT antara lain mengerjakan Y2K Britihs Airways serta membantu Brussels Stock Exchange untuk pekerjaan konversi mata uang euro. Di Asia, NIIT membantu website Singapore Sports Council. Di Malaysia, dia terlibat dalam Smarts School Project, juga proyek CD-ROM senilai US$ 8 juta. Di Malaysia pula, NIIT sekarang memiliki 9 pusat pendidikan TI dan akan ditambah menjadi 20 hingga akhir tahun ini. Kendati banyak jagoannya hengkang karena ada tawaran baru, dia tetap optimistis, kader barunya setiap saat bisa menggantikannya.

To Be Continued

Selasa, 05 April 2011

IPA KUALITATIF DAN KUANTITATIF


IPA KUALITATIF DAN KUANTITATIF

Pada uraian terdahulu telah diterangkan bahwa penemuan-penemuan yang didapat oleh Copernicus sampai Galileo pada awal abad 17 merupakan perintis ilmu pengetahuan. Artinya ialah bahwa penemuan-penemuan itu berdasarkan empirik dengan metode induksi yang objektif dan bukan atas dasar deduksi filosopik seperti zaman Yunani atau berdasar mitos seperti zaman Babylonia. Penemuan-penemuan itu misalnya saja bahwa di bulan terdapat gunung-gunung, Jupiter mempunyai empat buah bulan, di matahari terdapat bercak hitam yang dapat digunakan untuk mengukur percepatan rotasi matahari dan sebagainya.

Penemuan-penemuan seperti ini kita sebut sebagai ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kualitatif. Ipa yang kualitatif ini tidak dapat menjawab pertanyaan yang sifatnya kausal atau hubungan

Sabtu, 05 Maret 2011

PERANAN MATEMATIKA TERHADAP ILMU PENGETAHUAN ALAM


PERANAN MATEMATIKA TERHADAP ILMU PENGETAHUAN ALAM

Menurut dugaan sejarah, kemampuan manusia untuk mulai dapat menulis sama tuanya dengan kemampuan manusia untuk dapat berhitung, yaitu kurang lebih 10.000 tahun sebelum masehi. Tulisan itu pada hakekatnya simbol dari apa yang ia tulis.

Berhitung, pada awal mulanya berbentuk korespondensi persatuan dari onyek yang dihitung. Misalnya sesorang ingin menghitung berapa jumlah ternaknya, maka ternak itu dimasukkan ke dalam kandang satu persatu. Tiap ekor diwakili oleh satu batu kecil, maka jumlah ternaknya adalah jumlah batu kecil itu. Dengan sekantung batu-batu itu ia dapat mengontrol apakah ada ternak yang belum kembali atau hilang atau malah bertambah karena beranak.

Jadi, setiap awal kehidupan manusia matematika itu merupakan alat bantu untuk mengatasi setiap permasalahan menghadapi lingkungan hidupnya. Sumbangan matematika terhadap perkembangan IPA sudah jelas bahkan boleh dikatakan bahwa tanpa matematika IPA tidak akan berkembang. Hal ini disebabkan oleh karena IPA menggantungkan diri dari metode induksi. Dengan metoda induksi semata tak mungkin orang mengetahui jarak antara bumi dan bulan atau bumi dnegan matahari, bahkan untuk menyatakan keliling bumi saja hampir tidak mungkin. Berkat bantuan matematikalah maka Erathotenes (240 SM) pada zaman Yunani dapat menghitung besarnya bumi dnegan metode gabungan antara induksi dan deduksi matematika sebagai berikut:

Pada tanggal 21 juni di Syene (Mesir) pada tengah hari matahari berada tepat di atas kepala. Saat yang mana di kota Alexandria yang jauhnya 500 Mil tepat berada disebelah utara Syene matahari jatuh dnegan membentuk 7,4o . Ini dapat diukur melalui bayang-bayang sebuah tongkat. Dengan asumsi bahwa bumi ini bulat maka keliling bumi atau besarnya bumi dapat dihitung secara matematika. Erathotenes sampai pada kesimpulan bahwa keliling bumi adalah 24.000 mil dan garis tengah bumi adalah 8.000 mil.

Hipparchus (150 SM) dapat menghitung jarak bumi ke bulan. perhitungannya diilhami oleh ajaran Aristoteles yang menyatakan bahwa bulan terletak di anatar bumi dan matahari, juga diilhami oleh gerhana bulan dimana bayang-bayang bumi pada bulan dipergunakan untuk memperkirakan besarnya bumi. Ia berkesimpulan bahwa jarak bumi ke bulan adalah 24.000 mil.

Aristarchus juga secara matematika mencoba menghitung jarak bumi ke matahari. Namun karena kesalahan instrumen ia berkesimpulan bahwa jarak bumi ke matahari itu adalah 20 kali jarak bumi ke bulan, padahal jarak yang benar adalah 400 kali. Kesimpulan lain yang ia peroleh berdasarkan matematika adalah sinar matahari itu tentunya lebih besar dari bumi. Ia perkirakan sedikitnya tujuh kali lebih besar. Ia berpendapat tidak logis kalau matahari yang besar itu beredar mengelilingi bumi yang jauh lebih kecil. Mestinya sebaliknya bumilah yang mengelilingi matahari. Namun pendapatnya tak mendapat tanggapan oleh masyarakat, sampai pada zaman baru dimana Copernicus dnegan bantuan teleskopnya serta perhitungan matematik mengumumkan prinsip heliosentrik.

Ahli-ahli matematika yang banyak sumbangannya dalam IPA antara lain adalah :

Phthagoras mengadakan perhitungan terhadap benda-benda segi banyak. Apollonius mengadakan perhitungan pada benda-benda yang bergaris lengkung. Kepler (1609) berjasa dalam perhitungan jarak beredar yang berbentuk elips dari planet-planet. Galileo (1642) berjasa dalam menetapkan hukum lintasa peluru, gerak dan percepatan. Huygens (1695) dapat memecahkan teka teki adanya cincin Saturnus, perhitungan tentang bandulan dan ini terkenal dnegan perhitungan tentang kecepatan cahaya, yaitu 600.000 kali kecepatan suara (pada masa itu orang beranggapan bahwa cahaya tak membutuhkan waktu untuk memancar). Ini semua adalah sekedar gambaran yang menunjukkan bahwa perkembangan IPA selalu ditunjang atau secara mutlak membutuhkan tunjangan matematika.

Bagaimana dalam masa sekarang? kiranya tak dapat diragukan lagi fungsi matematika itu dalam zaman modern sekarang ini pembuatan mesin-mesin, pabrik-pabrik, bendungan-bendungan, jembatan, bahkan perjalanan ke ruang angkasa tak akan berlangsung tanpa bantuan matematika.

Sabtu, 05 Februari 2011

NILAI-NILAI IPA

NILAI-NILAI IPA

Sekalipun IPA tidak menjangkau nilai-nilai moral atau etika dan juga tidak membahas nilai-nilai keindahan atau estetika, tetapi IPA mengandung nilai-nilai tertentu yang berguna bagi masyarakat. Yang dimaksud dengan nilai disini ialah sesuatu yang dianggap berharga yang terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan yang akan dicapai. Jelaslah bahwa yang dimaksud dengan nilai dalam pembahasan ini bukanlah nilai-nilai yang bersifat kebendaan atau bukan nilai-nilai yang dapat dikaitkan dengan harga dan bentuk uang. Adapun nilai-nilai IPA tersebut adalah :

1) Nilai praktis

Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebaliknya teknologi telah membantu mengembangkan penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat bagi kehidupan. Oleh karena itu, IPA telah membuka jalan ke arah penemuan-penemuan yang secara langsung dan tidak langsung dapat bermanfaat. Dengan demikian IPA mempunyai nilai praktis yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh :

Penemuan listrik oleh Faraday telah diterapkan dalam teknologi hingga melahirkan berbagai alat listrik yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Tentang hubungan antara IPA dan teknologi ini Paul B.Weiz mengungkapkan bahwa IPA merupakan tanah tempat teknologi tumbuh dan berkembang. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa antara IPA dan teknologi terdapat hubungan saling mermbutuhkan, saling isi mengisi agar dapat terus tumbuh dan berkembang.

2) Nilai intelektual

Metoda ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak dimanfaatkan manusia untuk memecahkan masalah. Tidak saja masalah-masalah alamiah tetapi juga masalah-masalah sosial, ekonomi, dan lain-lain.

Metoda ilmiah ini telah melatih ketrampilan dan ketekunan, serta melatih pengambilan keputusan-keputusan dengan pertimbangan yang rasional bagi penggunaannya. Kecuali itu agar pemecahan masalah berhasil dengan baik, maka metoda ilmiah menuntut sifat ilmiah bagi penggunaannya. Keberhasilan memecahkan masalah ini akan memberikan kepuasan intelektual. Dengan demikian yang dimaksud dengan nilai intelektual adalah sesuatu yang memberikan kepuasan kepada seseorang karena dia telah mampu menyelesaikan atau memecahkan masalah. Bedakanlah kepuasan intelektual ini dengan kepuasan seseorang pedagang yang memperoleh untung besar atau bandingkanlah dengan seorang politikus yang bangga karena mengalahkan lawan politiknya.

3) Nilai-nilai sosial-ekonomi-politik

IPA mempunyai nilai-nilai sosial-ekonomi-politik berarti, kemajuan IPA dan teknologi suatu negara, menyebabkan negara tersebut memperoleh kedudukan yang kuat dalam percaturan sosial-ekonomi-politik internasional.

Prestasi-prestasi tinggi yang dapat dicapai oleh suatu negara dalam bidang IPA dan teknologi memberikan rasa bangga akan bangsanya. Rasa bangga akan kemampuan atau potensi nasional dan rasa bangga terhadap bangsanya adalah nilai-nilai sosial-politik suatu negara.

Contoh :

Negara-negara yang telah maju, misalnya Amerika, mereka sadar dan bangga terhadap kemampuan atau potensi bangsanya dalam bidang sosial politik.

Produk IPA dan teknologi dapat membuka jalan ke arah industrialisasi dan mekanisasi pertanian yang dapat meningkatkan ekonomi dan neraca perdagangan suatu negara. Sekalipun memiliki kemampuan IPAdan eknologi tinggi, tidak dapat menggali sumber daya alamnya dengan sebaik-baiknya. Kemungkinan bahkan akan menyerahkan pengusahaan sumber daya alam negaranya kepada bangsa lain yang hanya memikirkan keuntungan sebanyak banyaknya, tanpa memperhatikan alamnya. Dalam hal ini maka IPA dan teknologi memiliki nilai sosial-ekonomi.


Kemajuan IPA dan teknologi suatu negara dapat menempatkan negara itu dalam kedudukan pilotik internasional yang menentukan.

Contoh :

a) Ketika Amerika berhasil mendaratkan manusia di bulan dengan apolo 11, martabat Amerika dalam percaturan politik melonjak lebih tinggi.

b) Juga ketika Rusia mampu meluncurkan satelit buatannya yang pertama, yaitu Sputnik I, martabat Rusia dimata dunia meningkat.

c) Jepang dan RRC karena kemampuan IPA dan teknologinya tinggi, hingga banyak hasil indusrinya merebut pasar dunia, maka kedudukannya di dunia internasional makin kuat.

4) Nilai keagamaan dari IPA

Banyak orang berprasangka, dengan mempelajari IPA dan teknologi secara mendalam akan mengurangi kepercayaan manusia kepada Tuhan. Prasangka tersebut didasarkan pada alasan bahwa IPA hanya mempelajari benda dan gejala-gejala kebendaan.

Prasangka ini tidak benar makin mendalam orang mempelajari IPA, makin sadarlah orang itu akan adanya kebenaran hukum-hukum alam, sadar akan adanya suatu ketertiban di dalam alam raya ini dengan maha pengaturnya. Walau bagaimanapun manusia telah berusaha untuk membaca mempelajari dan menterjemahkan alam, manusia makin sadar akan keterbatasan ilmunya. Karena dengan keterbatasan ilmunya manusia belum dan tidak akan pernah mengetahui asal mula dam akhir dari alam raya dengan pasti.

Contoh :

a) Anda mengetahui, berapa banyak biaya dan tenaga ahli yang dikerahkan untuk persiapan pendaratan dibulan. Manusia tidak akan mampu membuat atau menciptakan bulan. Oleh karena itu, makin sadarlah akan kebesaran Maha Penciptanya.

b) Dengan susah payah dan waktu yang lama manusia dapat mempelajari hukum gravitasi, tetapi keterbatasan ilmunya, manusia tidak mampu meniadakan gravitasi itu sendiri. Dengan penemuan-penemuannya manusia makin sadar akan kebesaran Tuhan.

c) Dengan mempergunakan mikroskop, manusia mampu mempelajari kehidupan mikroorganisme, keindahan pergerakan protoplasma, serta kerumitan dan keteraturan reaksi-reaksi di dalamnya. semua pengamatan ini akan mempertebal kesadaran kita tentang kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan contoh-contoh tersebut, jelaslah seorang ilmuwan yang beragama akan lebih tebal keimanannya kepada Tuhan. Keimanan ini tidak hanya didukung oleh dogma-dogma saja. Keimanannya juga ditunjang oleh akal pikiran yang didukung segala pengamatannya terhadap benda-benda dan gejala-gejala alam, yang merupakan manifestasi kebesaran Tuhan.

Dari uraian-uraian ini jelaslah bahwa IPA mempunyai nilai-nilai keagamaan yang sejalan dan sejajar dengan pandanagn agama. Tentang hubungan nilai-nilai IPA dan agama ini, ilmuwan terkenal Albert Einstein menggambarkan dalam ungkapan sebagai berikut “Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu pengetahuan adalah lumpuh”.

5) Nilai-nilai kependidikan dalam IPA.

Sekitar satu abad yang lampau, karena pelajaran IPA lebih ditekankan pada fakta-fakta saja, ahli-ahli pendidikan belum mengangap IPA mempunyai kedudukan penting dalam kurikulum sekolah. Kecuali itu pelajaran IPA pada waktu tersebut sedikit sekali yang didasarkan atas penemuan-penemuan psikologi belajar.

Dengan makin berkembangnya IPA dan teknologi serta diterapkannya psikologi belajar pada pelajaran IPA, maka IPA diakui bukan hanya suatu pelajaran melainkan pula suatu alat pendidikan. Pelajaran IPA bersama-sama dengan pelajaran lain merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai IPA apakah yang dapat ditanamkan pada pelajaran IPA?

a) Kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metoda ilmiah yang sering dipergunakannya.

b) Ketrampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimentasi untuk memecahkan masalah.

c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik kaitannya dengan pelajaran IPA maupun dalam kehidupan.

Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu yaitu :

a) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat kita hidup dan tentang bagaimana kita harus bersikap yang benar terhadap alam. Dengan pengetahuannya, siswa diharapkan dapat memanfaakan dan mengelola sumber daya alam secara tepat.

b) Menanamkan sikap hidup ilmiah, yang harus dibawanya dalam perjalanan hidupnya dan bukan hanya dalam memecahkan masalah ilmiah saja. Sikap ini timbul dari kesadaran akan pentingnya metoda dan sikap ilmiah yang biasa digunakan oleh para ahli IPA. Dengan memberikan latihan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara ilmiah, siswa akan mampu mencari jawab persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidupnya secara ilmiah.

c) Memberikan ketrampilan untuk melakukan pengamatan, pengukuran dan menggunakan alat-alat. Latihan ketrampilan ini dapat mengembangkan bakat ketrampilan tanga siswa yang berguna untik dasar-dasar ketrampilan industri. Praktikum, percobaan-percobaa dalam pelajaran IPA adalah bagian penting yang bermanfaat dalam mencapai tujuan pendidikan IPA. Kecuali itu pendidikan IPA harus dapat memberikan untuk tumbuhnya ketrampilan-ketrampilan dasar ini.

d) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan dan penemuan-penemuannya yang telah berguna bagi dunia. Yang perlu kita didikkan kepada para siswa untuk menghargai para ilmuwan itu, adalah mengetahui bagaimana penemuan-penemuan itu dilakukan, menghargai jasa pengorbanannya. Dengan demikian siswa akan tergugah untuk melakukan percobaan dan penemuan-penemuan baru yang berguna bagi manusia.

Rabu, 05 Januari 2011

SIKAP ILMIAH

SIKAP ILMIAH

Pada waktu memecahkan masalah dengan menggunakan masalah dengan menggunakan metoda ilmiah seorang ilmuwan atau pengguna metoda ilmiah tersebut, dituntut memiliki sikap-sikap tertentu, agar kesimpulan yang diperolehnya bersifat objektif. Sikap tersebut disebut sikap ilmiah yang antara lain sebagia berikut :

1. Objektif terhadap fakta atau kenyataan.

Dengan jujur dia akan menyatakan suatu fakta sesuai dengan kenyataan dan tidak dipengaruhi oleh perasaannya serta pertimbangan lain. Sikap ini akan melatih kita untuk mencintai kebenaran yang objektif. Dengan bersifat objektif terhadap fakta ini kita dituntut untuk membedakan antara fakta dan pendapat pribadi.

2. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan atau keputusan, bila belum cukup fakta yang dikumpulkan yang dapat menunjang kesimpulan atau keputusan itu. Dengan demikian tidak akan mengambil kesimpulan yang didasarkan atas prasangka.

Contoh :
Seorang ilmuwan yang secara kebetulan menemukan suatu jenis hewan dalam air dia tidak akan menyimpulkan bahwa hewan tersebut hidup dalam air sebelum mengumpulkan data tentang hewan tersebut ada berbagai tempat baik darat, air tawar, maupun air laut.

3. Berhati terbuka

Artinya bersedia mempertimbangkan pendapat atau penemuan orang lain, sekalipun pendapat atau penemuan orang lain itu bertentangan atau tidak sesuai denagn pendapatnya sendiri.

Contoh :
Ilmuwan tersebut (contoh 2) telah menyimpulkan bahwa hewan tadi hidup dalam air. Tetapi ternyata ada ilmuwan lain menemukan hewan serupa hidup di atas pohon-pohon. Ilmuwan yang pertama bersedia mengubah kesimpulannya asal dia diberi cukup bukti dan fakta.

4. Bersikap tidak memihak terhadap sesuatu pendapat tertentu tanpa alasan-alasan yang berdasarkan fakta.

Contoh :

Ingat percobaan Galileo dari menara Pisa. Galileo tidak memihak begitu saja faham Aristoteles bahwa benda berat akan jatuh lebih dahulu daripada benda ringan.

5. Metoda ilmiah melatih kita untuk tidak percaya kepada takhayul atau sifat untung-untungan, karena percaya bahwa di alam ini sesuatu terjadi melalui proses tertentu.

6. Dapat bekerja sama dengan orang-orang lain dan bersedia mengkomunikasikan dan mengumumkan hasil penelitiannya. Ini berarti bahwa penemuan atau pendapat kita rela untuk diteliti kembali ataupun di kritik dengan alasan-alasan rasional.

7. Selalu memiliki rasa ingin tahu tentang apa, mengapa dan bagaimana sesuatu gejala yang dijumpainya. Rasa ingin tahu ini akan melatih kepekaan mengenal masalah dan menggugah keringinannya untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian akan mendorong kita untuk mencari kebenaran dan penemuan-penemuan baru.

8. Memiliki ketekunan dan kesabaran serta ketelitian dalam melakukan eksperimen, observasi dan dalam mengumpulkan data serta memecahkan masalah.