Selasa, 18 Oktober 2011

Membangun Lembah Silikon Cara India III


- Albert Weldison -

Resep sukses India membangun kota digital, menurut Seurebh Kumar, staf Kedubes India di Jakarta, pertama, sudah lama India membangun semacam center of excellence di dunia pendidikan. Dunia TI merupakan salah satu prioritasnya, antara lain dengan memperbanyak pusat unggulan serta mengirim mahasiswa sebanyak-banyaknya ke AS, "tanah leluhur" TI.

Kedua, para insinyur TI India yang pada 1980-an hingga awal 1990-an menyemuti perusahaan dan universitas di AS atau Eropa kini pulang kampung bekerja sebagai profesional atau berwirausaha. Ketiga, industri TI bukan termasuk industri padat modal, tapi knowledge based industry. Dan, tak kalah penting, kemampuan berbahasa Inggris. "Anda tahu, literatur ilmu teknik dan komputer semuanya menggunakan bahasa Inggris. Dan hampir semua kaum terdidik di India berbahasa Inggris," kata Kumar.

Dewang Mehta mengungkapkan, India punya sekitar 100 ribu profesional komputer di AS. Hotmail, Cyrus Logic dan Computer Associates adalah produk profesional India yang bekerja di AS. Pemerintah India memang menyadari besarnya peran industri TI di masa depan. Pembentukan Kementerian Teknologi Informasi tahun lalu oleh PM Vajpayee, salah satu contohnya.

Soal dana? Sejak Juni lalu, BankExim India mengucurkan dana buat pengusaha TI baru atau perluasan usaha. Sejak Juni lalu pula, Pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan baru yang kondusif bagi perkembangan industri TI. Antara lain, kepemilikan saham oleh karyawan perusahaan TI, pemotongan monopoli di bidang Internet Service Provider (ISP) dan link satelit Internet.

Perhatian modal ventura, yang selalu diserukan Sabeer Bhatia (pendiri Hotmail e-mail service), juga besar artinya bagi perkembangan industri TI di India. Dalam orasinya tahun lalu, Bhatia menyarankan agar Pemerintah perlu mempromosikan modal ventura kalau mau membawa industri TI India ke jenjang yang lebih tinggi.

Bhatia mendasarkan pengalamannya di Silicon Valey yang mendapat dukungan penuh dari modal ventura. Seruannya tampaknya membuahkan hasil. Sejak Agustus lalu, modal ventura India ramai-ramai membiayai industri TI dengan skema kepemilikan saham.

Pakar TI dari Institut Teknologi Bandung Onno W. Purbo mengakui kehebatan orang India di bidang matematika dan ilmu-ilmu eksakta. "Sistem pendidikan mereka lebih bagus dibanding kita," katanya. Dibuka seluas-luasnya modal asing, tambah Onno, juga ikut memicu cepatnya perkembangan industri TI di India. "Indonesia bisa mencontoh India kalau mau maju.

Syaratnya, pendidikan dimajukan, terutama berkenaan dengan TI," ungkapnya seraya menambahkan, Pemerintah perlu pula mempermudah masuknya investor asing, menghapus pajak untuk barang-barang TI, serta menghapus monopoli di bidang TI. Adapun menurut Direktur Pengelola Detikcom Digital Life, Budiono Sudarsono, sukses India di industri TI sebenarnya bermula dari kesadaran bahwa dunia TI sebagai dunia ekonomi masa depan.


Itu sebabnya, Pemerintah India bersemangat mengirim anak-anak mudanya memperdalam TI ke AS dan Eropa. "Profesional di bidang TI tak kalah keren dibanding profesi akuntan atau lawyer beken sekalipun," katanya.

Kebalikannya adalah Pemerintah Indonesia. "Para pemain TI di negeri kita kebanyakan bermain sendiri, menciptakan aplikasi sendiri, memasarkan sendiri," cerita Budi. Kendati ada perhatian, seperti yang dilakukan terhadap ahli di Puspitek Tangerang, mereka menghadapi terbatasnya ruang gerak. Karena itu, sebagai lang- kah awal, Pemerintah perlu meninjau kembali peran Puspitek Tangerang. "Bila perlu di-BUMN-kan, agar mereka bisa menjual aplikasi yang telah mereka kerjakan," ujarnya. Tak kalah penting, sambung dia, monopoli Telkom dalam ISP perlu diakhiri, dan membiarkan investor asing masuk.